Jadi Pemenang Pilpres 2024, Prabowo-Gibran Punya PR Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi Capai 6 persen

JAKARTA - Indonesia telah melaksanakan pemungutan suara Pemilu 2024 di mana Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia resmi menetapkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, sebagai pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Adapun, pemerintahan baru tentunya mempunyai pekerjaan rumah untuk meningkatkan berbagai sektor khususnya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan RPJPN 2025-2045, di mana untuk mencapai Indonesia Emas 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen.

Senior Analyst Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menyampaikan akan sangat sulit bagi pasangan Prabowo-Gibran untuk membawa pertumbuhan ekonomi diatas 6 persen lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir hanya berkisar rata-rata 5 persen.

"Jika Prabowo-Gibran hanya menekankan keberlanjutan program-program Jokowi, maka yang akan didapat adalah angka yang sama, bahkan boleh jadi kurang," jelasnya kepada VOI, Kamis 21 Maret 2024.

Menurut Ronny hal tersebut sangat sulit direalisasikan lantaran untuk mendapatkan pertumbuhan angka hingga 7 persen sangat sulit jika pasangan Prabowo-Gibran tidak memiliki sumber pertumbuhan ekonomi yang baru.

"Jadi tidak mudah untuk mendapatkan angka pertumbuhan 6 persen, apalagi 7 persen, jika Prabowo tak punya sesuatu yang baru yang bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru," tuturnya.

Ronny menekankan sebaiknya pasangan Prabowo-Gibran tak banyak berbicara terkait angka, namun lebih ke rencana kebijakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi menjadi 6 persen.

Menurut dia, Prabowo Gibran sebaiknya tak bicara angka, tapi bicara rencana kebijakan apa saja yang akan mereka lakukan yang berbeda dengan era Jokowi, untuk mengangkat pertumbuhan menjadi 6 persen.

"Jika hanya mengulang "kebijakan Jokowi", atau hanya bicara makan siang gratis yang belum jelas pembiayaannya, maka 6 persen pertumbuhan masih akan sulit didapat dan akan jadi angan-angan semata," pungkasnya.