Sekutu NATO Berencana Beli 1,5 Juta Peluru Artileri untuk Ukraina
JAKARTA - Ukraina berpotensi memeroleh lebih dari satu juta peluru artileri, seiring dengan rencana sekutu untuk membelinya di pasar dunia dan dikirim ke Kyiv untuk menghadapi invasi Rusia.
Itu berdasarkan inisiatif Republik Ceko. Sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), termasuk Jerman dan Kanada, telah menjanjikan dana untuk Ceko, setelah gagal memproduksi cukup amunisi di Eropa.
Persediaan 800.000 cangkang yang ditawarkan oleh Presiden Ceko Petr Pavel, bisa meningkat menjadi 1,5 juta setelah lebih banyak pasokan potensial teridentifikasi.
Pasukan Ukraina "membutuhkan amunisi saat ini" dan sekutunya "tidak bisa menunggu sampai perusahaan-perusahaan Eropa siap," kata Presiden Pavel, dikutip dari The National News 21 Maret.
"Itulah mengapa kami berusaha mendapatkan amunisi di mana pun berada, untuk mengirimkannya ke Ukraina secepat mungkin, sekaligus meningkatkan kapasitas kami sendiri," jelasnya.
Ukraina mengatakan pihaknya membutuhkan lebih banyak artileri untuk melawan persenjataan Rusia yang lebih besar dan melawan invasi yang sudah memasuk tahun ketiga.
Peluru yang ada di 'keranjang belanja' Ceko termasuk artileri 155mm yang digunakan oleh pasukan NATO dan amunisi 122mm era Soviet.
Jerman akan memenuhi biaya sekitar 180.000 amunisi, dengan pengiriman akan dimulai pada musim panas, kata Menteri Pertahanan Boris Pistorius.
Dia mengatakan, Jerman juga akan menyediakan 10.000 amunisi langsung dari angkatan bersenjatanya sendiri sebagai bagian dari paket bantuan baru senilai 500 juta euro (542,5 juta dolar AS).
Sedangkan Finlandia menyumbang setara dengan 32,6 juta dolar AS dan Kanada 29,4 juta dolar AS. Kanada juga akan menyediakan peralatan penglihatan malam dan lebih dari 800 drone, kata Menteri Pertahanan Bill Blair.
"Para pejabat Ukraina sudah jelas, bahwa mereka membutuhkan lebih banyak amunisi artileri dalam waktu dekat," katanya.
Sementara itu, Ukraina menyambut baik dorongan amunisi tersebut meskipun mereka terus meminta lebih banyak peralatan, termasuk pertahanan udara dan jet tempur F-16.
Tekanan meningkat terhadap Eropa untuk mengambil lebih banyak beban, karena bantuan AS tertahan di Kongres.
Sekutu-sekutu Eropa berencana membeli lebih banyak peralatan untuk mengirim pesan ke Rusia, dukungan Barat "tidak akan berhenti," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada pertemuan puncak mengenai Ukraina pekan lalu.
Baca juga:
- Menlu Inggris Cameron Sebut Gencatan Senjata di Gaza Penting Tapi Banyak Syarat yang Harus Dipenuhi
- Prancis Nilai Pernyataan Kepala Intelijen Rusia Soal Pengiriman Pasukan ke Ukraina Sebagai Provokasi
- Kepala Intelijen Ukraina Sebut Prancis Siapkan 2.000 Tentara untuk Dikirim ke Ukraina
- Polisi Brasil Selidiki Pemalsuan Data Vaksinasi COVID-19 Mantan Presiden Bolsonaro
Sebelumnya, Uni Eropa telah berjanji untuk menyediakan satu juta peluru artileri. Namun, mereka mengakui target tersebut tidak akan tercapai dalam waktu satu tahun seperti yang diharapkan.
Di sisi lain, negara-negara Uni Eropa akan mempertimbangkan penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk membayar bantuan militer. Ukraina juga diharapkan dapat memproduksi lebih banyak senjata di pabriknya sendiri.
"Dalam waktu dekat, perusahaan-perusahaan Eropa akan mampu menyediakan amunisi dalam jumlah yang cukup," kata Presiden Pavel.