Sejarah Hari Ini, 21 Maret 1963: Penjara Alcatraz Ditutup Pemerintah AS
JAKARTA – Sejarah hari ini, 61 tahun yang lalu, 21 Maret 1963, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menutup Penjara Alcatraz. Penutupan itu dilakukan karena biaya operasional yang terus membengkak. Semuanya karena segala macam kebutuhan –sipir hingga narapidana-- dibawa lewat kepal.
Sebelumnya, Alcatraz jadi salah satu penjara paling menyeramkan di dunia. Penjara dengan keamanan ketat itu dioperasikan khusus menampung narapidana kelas kakap macam gembong Mafia Al Capone. Tujuannya supaya susah kabur.
Pulau Alcatraz yang berada di tengah Teluk San Fransisco pernah punya sejarah panjang sebelum jadi penjara. Mulanya pulau itu pernah dijuluki sebagai Isla de los Alcatraces (Pulau Pelikan). Julukan Pulau Pelikan beralasan. Sebab, banyak burung pelikan yang hidup di atas pulau d era 1770-an.
Pemerintah AS kepincut. Empunya kuasa bak tak bisa melihat pulau kosong. Mereka lalu beride membuat benteng pertahanan di Pulau Alcatraz pada 1850. Benteng itu dibuat khusus untuk menampung cadangan militer untuk kebutuhan perang.
Bangunan pun didirikan. Penjara militer, apalagi. Meriam ditempatkan di segala macam sudut. Bahkan, mencapai 100 meriam. Alcatraz berubah jadi benteng yang menjanjikan. Namun, nasib Alcatraz jadi benteng pertahanan tak dilanjutkan pemerintah AS.
Pemerintah AS sepertinya memiliki ide lain untuk mengembangkan Alcatraz. Sisa bangunan penjara militer lalu dimanfaatkan untuk dibuatkan penjara federal. Segala macam fasilitas layaknya penjara dengan tingkat keamanan tinggi dibangun.
Pucuk dicinta ulam tiba. Penjara Alcatraz berfungsi pada 1934. Penjara di tengah lautan itu mampu menampung hingga 450 orang narapidana. Lebih lagi, kemudian pemerintah AS memilih Alcatraz sebagai penjara untuk menampung narapidana paling berbahaya di AS macam Al Capone.
Peruntukan itu karena Penjara Alcatraz memilih keamanan yang mumpuni. Alias, hal-hal terkait rencana kabur narapidana dapat segera ditanggulangi. Sekalipun tak sedikit pula mereka yang mencoba melarikan diri. Namun, nasibnya banyak tak diketahui.
Upaya pelarian yang paling dikenal terjadi pada 1946. Narapidana memanfaat situasi terjadinya konfrontasi antara tahanan dan penjaga. Namun, mereka yang mencoba meloloskan diri tak diketahui nasibnya.
“Namun, dari tanggal 2 Mei hingga 4 Mei 1946, setengah lusin narapidana ikut serta dalam upaya melarikan diri. Mereka memanfaatkan kericuhan. Peristiwa itu dikenal sebagai Pertempuran Alcatraz. Insiden 48 jam itu dimulai ketika para tahanan mengalahkan sipir dan memperoleh senjata api serta kunci blok sel.”
“Frustrasi karena pintu terkunci, para tahanan saling tembak-menembak dengan penjaga yang tersisa, dan ketertiban baru pulih ketika Marinir AS menyerbu blok sel di bawah hujan granat dan tembakan senapan. Dua penjaga dan tiga narapidana tewas, dan lebih dari selusin penjaga terluka dalam baku tembak tersebut. Beberapa narapidana berhasil melarikan diri dari pulau tersebut. Apakah mereka selamat dari arus teluk tidak diketahui,” tertulis dalam laman Britannica.
Eksistensi Penjara Alcatraz sebagai salah satu penjara paling menakutkan di dunia kemudian luntur. Masalahnya bukan pada keamanan penjara yang mulai tak tertib. Semuanya karena biaya operasional untuk menggerakkan penjara Alcatraz terlampau mahal.
Biaya itu dianggap lebih mahal jika terus dikeluarkan oleh pemerintah. Alih-alih memaksa Penjara Alcatraz tetap digunakan, pemerintah AS justru memilih opsi lainnya. Empunya lebih baik membangun fasilitas penjara baru dibanding menjalankan Alcatraz.
Keputusan itu membuat Penjara Alcatraz resmi ditutup pada 21 Maret 1963. Pemerintah pun disarankan untuk membangun suatu hal yang memiliki nilai ekonomi tinggi macam perjudian di Alcatraz. Keputusan pun diambil, Bekas Penjara Alcatraz justru dimanfaatkan sebagai destinasi wisata.
“Secara berkala, orang-orang menyarankan untuk mengubahnya menjadi kasino perjudian atau pembangunan perumahan. Atau membangun semacam Patung Liberty Pantai Barat di sana dalam bentuk patung santo pelindung kota, St. Fransiskus.”
“Kemudian, tahun lalu, tanggung jawab atas rumput, pepohonan, rumput liar, dan reruntuhan seluas 22,5 hektar di tengah Teluk San Francisco diserahkan kepada National Park Service untuk dikemas sebagai destinasi wisata populer San Francisco,” terang Lacey Fosburgh dalam tulisannya di surat kabar The New York Times berjudul Alcatraz, Now Empty, Silent and Desolate, Is Opened to the Public (1973).