Karena Paling Ngangenin, Bali Jadi 'Pilot Project' Pemerintah Pulihkan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

JAKARTA - Pemerintah terus memutar otak untuk mencari cara memulihkan industri pariwisata. Sebab, sektor ini paling terdampak pandemi COVID-19. Salah satu cara adalah membuka kembali Bali untuk wisatawan mancanegara, tempat yang dinilai paling dirindukan oleh para wisatawan.

Hal ini karena Bali adalah salah satu daerah yang mengalami dampak negatif pandemi COVID-19. Bahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah perekonomian Bali mengalami kontraksi 12 persen pada 2020.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno akan fokus pada pemulihan sektor parekraf di Bali untuk mendorong pemulihan industri pariwisata melalui program Free COVID Corridor.

"Kami juga menajamkan tentang Free Covid Corridor karena kita perlu secara hati-hati tentunya melihat kemungkinan kita membuka satu zona, disebut zona hijau. Ini mungkin tempatnya di Nusa Dua dan di Ubud, mungkin nantinya bisa diperluas ke Nusa Penida dan beberapa lokasi lain," katanya dalam diskusi virtual, Senin, 1 Maret.

Sandiaga menjelaskan program tersebut merupakan usulan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali dan kerap dibahas dalam berbagai kesempatan oleh pemerintah setempat.

Kata Sandi, program Free Covid Corridor hadir berangkat dari proyeksi yang dilakukan oleh lembaga ekonomi dan keuangan internasional bahwa ekonomi Indonesia di tahun ini akan tumbuh positif. Karena itu, untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi tidak bisa hanya dengan menunggu tanpa melakukan apa-apa.

"Kita ingin semakin bersiap seiring dengan menurunnya angka penularan COVID-19 di Indonesia khususnya di Bali. Kita menggagas agar daerah daerah zona hijau dibuka untuk beberapa negara seperti China, Singapura, dan negara lain," ucapnya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. (Foto: Instagram @sandiuno)

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu juga mengaku banyak mengundang duta besar dari sejumlah negara untuk bertemu di Bali dan destinasi wisata lainnya. Tujuannya untuk melihat kesiapan pemerintah dalam membuka destinasi pariwisata.

Namun, kata Sandiaga, rencana pembukaan pariwisata juga sangat tergantung pada upaya penanganan COVID-19 di Bali. Menurut dia, protokol kesehatan harus dipatuhi dalam hal ini 3M atau memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.

"Ini kembali kepada kita. Jika angka (kasus) mudah-mudahan bisa double digit, jadi jangan lagi triple digit. Saya sudah lihat 7 hari ini Bali menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan," katanya.

Perlu 120 ribu vaksin untuk program Free Covid corridor

Sementara itu, Gubernur Bali I Wayan Koster menjelaskan untuk jadi zona hijau, dua kawasan yang dipilih dalam program Free Covid Corridor yakni Nusa Dua dan Ubud memerlukan 120 ribu dosis vaksin untuk disuntikkan kepada pelaku industri pariwisata dan penduduk setempat.

"Kalau vaksin sudah datang, kami prioritaskan di dua tempat ini. Maret bisa tuntas," kata Wayan.

Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya akan mulai membuka kunjungan wisatawan untuk domestik paling lambat Mei di Nusa Dua dan Ubud. Hal ini karena semua sudah tervaksinasi.

Sebagai salah satu tulang punggung pariwisata di Indonesia dan seluruh masyarakatnya bergantung pada sektor ini, Wayan mengatakan, sektor ini harus bangkit.

Dampak pandemi lebih dahsyat dari Bom Bali I dan II

I Wayan Koster bercerita dampak dari pandemi COVID-19 begitu dahsyat bagi perekonomian Bali. Kata dia, dampak kali ini lebih dahsyat ketimbang pada saat pasca tragedi Bom Bali I dan II.

"Dari pengalaman yang ada, (perekonomian) pernah terganggu karena terorisme, bom Bali I dan bom Bali II, kemudian erupsi gunung Agung, sebelumnya pernah juga terjadi SARS. Kejadian-kejadian ini tidak berlangsung lama, tidak dalam skala yang luas dan dampaknya tidak separah (pandemi COVID-19) sekarang ini," tuturnya.

Gubernur Bali, I Wayan Koster. (Foto: Dok. Antara)

Kata Wayan, dampak pandemi lebih dahsyat dari peristiwa besar di Bali karena wabah ini meluas di 216 negara, termasuk negara-negara yang selama ini berkunjung ke Bali sebagai wisatawan. Periode waktunya pun sangat lama. Sehingga, otomatis pariwisata di Bali berhenti.

"Karena ada peraturan Menkumham yang melarang orang asing untuk berpergian berkunjung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia sementara dan peraturan ini masih berlaku. Sehingga otomatis wisatawan mancanegara belum bisa berkunjung ke Bali dan juga Indonesia secara umum," ucapnya.

Sementara, kata Wayan, sudah sejak lama masyarakat Bali perekonomiannya sangat bergantung pada pariwisata. Bahkan, lebih dari 52 persen kontribusi pariwisata terhadap PDB Bali.

"Jadi pada saat pariwisata normal, maka perekonomian itu sangat baik. Jadi pertumbuhannya di atas rata-rata nasional," katanya.

Perekonomian Bali alami yang terburuk dalam sejarah

Akibat pandemi, kata Wayan, hotel-hotel kosong dan restoran sepi pengunjung. Kondisi ini berpengaruh terhadap perekonomian Bali sebagai daerah destinasi wisata. Di mana, mayoritas penduduknya  bergantung pada pariwisata.

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Lebih lanjut, Wayan berujar, akibat terhentinya industri pariwisata untuk pertama kalinya dalam sejarah, pertumbuhan perekonomian Bali mengalami kontraksi yang paling dalam sampai mencapai 12 persen.

"Terendah selama ini di Bali dan terendah juga dalam tahun 2020 antar daerah di Indonesia. Ini suka duka Bali sebagai destinasi wisata," ucapnya.

Wayan juga mengatakan, pandemi tidak saja berdampak pada pariwisata tetapi juga pada sektor-sektor lain yang merupakan turunan dari sektor pariwisata yaitu berkaitan dengan penyerapan terhadap produk-produk lokal.

"Kerajinan rakyat maupun juga hasil pertanian itu menjadi tidak dapat diserap secara optimal karena hotel dan restoran itu masih sangat minim (pengunjung)," tuturnya.

Wayan mengatakan, pihaknya menargetkan penurunan kasus COVID-19 guna mendorong pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali. Apalagi, kata dia, wisatawan baik dalam maupun luar negeri sudah 'kangen berat' untuk berlibur di Pulau Dewata.

=====

Sudah setahun corona di Indonesia, sejak Maret 2020. Bulan Maret tahun lalu, pemerintah resmi merilis COVID-19 masuk ke Indonesia penyebutan kasus 01, 02 dan seterusnya. Redaksi VOI coba menulis ulang saat COVID-19 muncul di Indonesia. Apa dan bagaimana kebingungannya negeri ini. Klik di sini untuk mendapatkan berita selengkapnya.