Masyarakat Diminta Jangan Panic Buying saat Ramadan
JAKARTA - Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) meminta masyarakat menghindari "panic buying" atau pembelian secara banyak bahan pangan, khususnya beras, karena kekhawatiran terhadap kelangkaan komoditas itu selama bulan puasa.
"Selama bulan puasa dan menjelang Idulfitri, konsumen penting untuk menghindari 'panic buying' agar tidak terjadi kelangkaan bahan makanan," kata Ketua LKY Siti Mulyani dalam keterangan tertulis, dikutip dari Antara, Sabtu 16 Maret.
Menurut dia, "panic buying" terjadi ketika konsumen membeli secara berlebihan dan tidak terkontrol, yang dapat menyebabkan kelangkaan dan meningkatkan harga secara signifikan.
Dengan mengimplementasikan setiap prinsip tersebut, diharapkan dapat tercipta ekosistem ketersediaan pangan dan pertanian yang berkelanjutan, efisien, berguna bagi masyarakat dan lingkungan.
Seiring dengan masih tingginya harga beras, Siti menyarankan masyarakat untuk memasak nasi dengan takaran yang sesuai kebutuhan, meskipun memiliki stok beras berlebih.
"Ini bertujuan untuk mengurangi pemborosan konsumsi beras, pengurangan sampah makanan, dan mendorong penggunaan yang lebih bijaksana dari sumber daya pangan," kata dia lagi.
Sesuai hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kata dia, kenaikan harga beras disebabkan oleh faktor alih fungsi lahan secara masif, perubahan iklim, harga pupuk yang tinggi dan usia petani di atas 55 tahun.
Di DIY sendiri untuk beras Bulog (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan/SPHP) dibanderol dengan harga Rp10.900 per kg, beras medium seharga Rp14.000 per kg, dan rata-rata beras premium dibanderol dengan harga mencapai Rp17.000-Rp18.000 per kg.
Karena itu, LKY juga mendorong pemerintah daerah untuk memberdayakan petani dengan meningkatkan kualitas hasil panen, mengupayakan waktu tanam dan panen yang tepat dan seragam, sehingga mengurangi dampak gagal panen akibat serangan hama dan akan lebih mudah menghitung stok pangan daerah.
Baca juga:
"Penting juga untuk mengedukasi petani muda untuk lebih tertarik dalam pertanian dan intensifikasi pertanian," kata dia pula.
Dia menekankan peran perguruan tinggi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat terhadap pertanian dan konsumsi pangan.
"Selain itu, juga disarankan agar perguruan tinggi lebih aktif dalam berjejaring dengan NGO untuk melakukan edukasi kepada masyarakat serta melakukan penelitian terkait varietas beras yang lebih tahan terhadap perubahan iklim," kata dia lagi.