Ajudan Navalny Khawatirkan Keselamatannya dan Warga Pengasingan Beberapa Jam Sebelum Penyerangan
JAKARTA - Ajudan mendingan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny, Leonid Volkov, mengkhawatirkan keselamatannya dan para warga pengasingan lainnya, beberapa jam sebelum serangan dengan gas air mata dan palu terhadapnya di luar kediamannya di Lithuania.
Para pemimpin organisasi Navalny tahu, mereka menghadapi "risiko individu yang tinggi," kata Leonid Volkov dalam sebuah wawancara yang difilmkan pada Selasa, beberapa jam sebelum seorang penyerang tak dikenal menyerangnya di luar rumah.
"Mereka tahu bahwa Putin tidak hanya membunuh orang-orang di dalam Rusia, dia juga membunuh orang-orang di luar Rusia," ujarnya, melansir Reuters 13 Maret.
"Kita hidup di masa yang sangat gelap," tandasnya.
Lithuania menuduh Moskow berada di balik serangan itu. Sementara, Volkov menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Ini jelas merupakan ucapan ‘halo’ kriminal yang khas dari Putin, dari kriminal Petersburg," tulis Volkov di Telegram.
"Kami akan terus bekerja dan kami tidak akan menyerah," tandasnya.
Belum ada komentar langsung dari Moskow mengenai insiden tersebut.
Volkov merupakan ajudan lama yang setia kepada mendiang pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny. Ia mendapatkan serangan dengan palu di ibu kota Lithuania, Vilnius pada Hari Selasa, kata mantan juru bicara Navalny, Kira Yarmysh.
"Volkov baru saja diserang di luar rumahnya. Seseorang memecahkan jendela mobil dan menyemprotkan gas air mata ke matanya, setelah itu penyerang mulai memukul Leonid dengan palu," tulisnya di media sosial X
Dalam wawancaranya dengan Reuters beberapa jam sebelum serangan, Volkov mengatakan kematian Navalny bulan lalu di penjara Arktik telah menginspirasi pendukungnya untuk memastikan pengorbanannya tidak sia-sia.
"Kematian Alexei adalah kehilangan yang sangat menyedihkan, dan merupakan luka berdarah di hati kami, namun tentu saja hal ini menghasilkan banyak energi, banyak momentum politik," katanya.
"Adalah tugas dan tanggung jawab kita untuk mengubah energi ini menjadi tindakan politik yang bermakna yang akan membuat Putin semakin lemah," tandasnya.
Pengikut Navalny yakin dia dibunuh di penjara oleh otoritas Rusia. Sementara, Moskow mengatakan dia meninggal karena sebab alamiah.
Volkov mengatakan dia mendapat dorongan dari langkah awal yang diambil oleh istri Navalny, Yulia Navalnaya, untuk mengambil alih peran suaminya, dan dari puluhan ribu orang yang mengambil risiko ditangkap jika datang ke Moskow untuk menghadiri pemakamannya.
Kendati demikian, kata dia, meninggalnya Navalny merupakan pukulan telak.
"Situasinya sangat buruk. Ini tidak bisa diremehkan, tidak ada Navalny yang lain, tidak ada Navalny yang tersisa, tidak ada orang lain yang seperti dia," tandas Volkov.
Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis, yang juga memimpin partai berkuasa Homeland Union, menyebut serangan itu "mengejutkan".
"Pelaku harus mempertanggungjawabkan kejahatannya," tulisnya di X.
Baca juga:
- Direktur CIA Nilai Gencatan Senjata Hamas-Israel Tetap Mungkin Terjadi Meski Prosesnya Sangat Sulit
- Kepala Badan PBB Sebut Israel Tolak Truk Pengangkut Bantuan karena Bawa Gunting
- Kapal Kemanusiaan Siap Distribusikan 500 Ribu Paket Makanan, PBB Bilang Bukan Pengganti Bantuan Darat
- Militer Israel hanya Izinkan Anak-anak dan Orangtua Tunaikan Salat Jumat di Pekan Pertama Ramadan
Sedangkan kepolisian Lithuania mengatakan, mereka telah diberitahu seorang pria dipukuli di luar rumahnya, dan langsung menggelar penyelidikan.
Polisi memagari hutan pinus dekat rumah Volkov di pinggiran utara Vilnius. Petugas dengan anjing dan senter terlihat menggeledahnya pada Selasa malam.
Diketahui, sebagian besar kelompok politik Navalny, Yayasan Anti-Korupsi, termasuk juga Volkov, memilih tinggal di Lithuania yang merupakan anggota Uni Eropa dan NATO, setelah melarikan diri dari Rusia.