Tidak Ada Tanda Kemajuan Perundingan Gencatan Senjata di Gaza, Hamas dan Israel Saling Menyalahkan
JAKARTA - Perundingan gencatan senjata konflik di Gaza belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan saat Bulan Ramadan akan tiba dalam beberapa hari mendatang, dengan Hamas dan Israel saling menyalahkan atas situasi yang terjadi.
Hamas pada Hari Kamis meninggalkan perundingan gencatan senjata di Kairo, Mesir. Itu menjadikan perundingan selama empat hari yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, untuk mengamankan gencatan senjata selama 40 hari di tengah kekhawatiran kekerasan dapat meningkat selama Bulan Puasa tidak mendapatkan hasil, setelah sebelumnya Israel memboikot upaya tersebut dengan tidak mengirimkan delegasi.
Sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan perundingan, yang berlangsung tanpa delegasi Israel di Kairo, akan dilanjutkan pada Hari Minggu, batas waktu yang telah ditetapkan oleh mediator bagi kedua belah pihak untuk menanggapi proposal gencatan senjata, melansir Reuters 8 Maret.
Tidak ada konfirmasi dari Hamas mengenai komentar Mesir mengenai tenggat waktu, dan para pejabat Hamas mengatakan mereka telah menyatakan sikap mereka dengan jelas.
Sementara itu, para pejabat senior Pemerintahan Amerika Serikat mengatakan, Hamas bertanggung jawab untuk menyelesaikan kesepakatan penyanderaan, menghubungkan penundaan tersebut dengan apa yang mereka sebut sebagai Hamas yang sejauh ini tidak setuju untuk melepaskan sandera yang sakit dan lanjut usia.
Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters, Amerika Serikat bermitra dengan Israel. Hamas bersikeras bahwa perjanjian gencatan senjata mencakup proses untuk mengakhiri perang sama sekali.
Hamas mengatakan sebelumnya dalam sebuah pernyataan, delegasi mereka telah meninggalkan Kairo untuk berbicara dengan para pemimpin gerakan tersebut, "dengan negosiasi dan upaya yang terus dilakukan untuk menghentikan agresi, memulangkan para pengungsi dan membawa bantuan kepada rakyat kami."
Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan, Israel telah "menggagalkan" upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali niatnya pada Hari Kamis untuk melanjutkan kampanye militer di Gaza, yang diluncurkan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Israel sebelumnya mengatakan tujuannya adalah untuk menghancurkan Hamas dan gencatan senjata apa pun harus bersifat sementara. Mereka juga mendesak agar daftar sandera yang masih hidup dan ditahan oleh Hamas di Gaza.
"Tak perlu dikatakan lagi, Israel akan melakukan apa pun untuk membebaskan sandera kami. Sayangnya, Hamas-lah yang menjadi batu sandungan saat ini karena tidak memberi tahu kami siapa yang masih hidup dan siapa yang mereka ditahan," ujar juru bicara Pemerintah Israel David Mencer.
Baca juga:
- Janji Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata Meski Tanpa Perwakilan Israel, Hamas: Kami Menunjukkan Fleksibilitas
- ICC Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Dua Jenderal Rusia, Jaksa: Perang Ada Aturannya
- Potensi Kekuatan NATO Bakal Meningkat dengan Bergabungnya Swedia, Rusia Perkuat Militernya di Utara dan Barat
- Amerika Serikat Desak Israel Memaksimalkan Segala Cara untuk Tingkatkan Bantuan ke Gaza
Kesepakatan yang diajukan Hamas untuk gencatan senjata di Gaza akan mengharuskan Hamas membebaskan beberapa sandera yang masih ditahannya. Tahanan Palestina yang ditahan di Israel juga akan dibebaskan.
Para pejabat Hamas mengatakan gencatan senjata harus dilakukan sebelum para sandera dibebaskan, pasukan Israel harus meninggalkan Gaza dan seluruh warga Gaza harus dapat kembali ke rumah mereka yang telah melarikan diri.
Hamas mengatakan pihaknya tidak dapat memberikan daftar sandera yang masih hidup tanpa gencatan senjata, karena para sandera tersebar di zona perang.