Soal Aksi Boikot Produk Pro Israel Belum Berakhir, Hippindo: Rugikan Bangsa Sendiri

JAKARTA - Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) berharap, aksi boikot produk pro Israel segera berakhir.

Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan, aksi boikot tersebut hanya akan merugikan industri dalam negeri lantaran semua merek asing tersebut diproduksi menggunakan bahan baku lokal.

"Enggak ada lagi lah boikot, itu merugikan bangsa kami sendiri. Mau itu merek asing kalau dibuat di Indonesia itu jadi program pemerintah dan harus kami dukung. (Pabrik) Coca-Cola sudah dibikin di Bekasi, KFC kan peternakan semua sudah di sini," ujar Budi di kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Selasa, 5 Maret.

Budi menyebut, saat ini dampak aksi boikot produk pro Israel mulai menurun. Mengingat, beberapa penjualan produk sudah mulai stabil.

Dia menyayangkan jika aksi boikot masih terus dilanjutkan mengingat banyak pihak yang terdampak akibat aksi tersebut.

"Kami sayangkan lah dunia bisnis itu tidak bisa, apalagi di Indonesia ini peraturannya banyak yang sudah investasi. Jadi, kasihan peternakan dan lainnya yang kena imbas," katanya.

Adapun aksi boikot itu sudah merugikan keberlangsungan industri usaha di Indonesia.

Terbaru, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengungkapkan dampak aksi boikot yang dilakukan bagi produk atau perusahaan yang terafiliasi Israel turut memengaruhi kinerja perseroan.

Presiden Direktur UNVR Benjie Yap menyebut, bahwa penjualan domestik perseroan turun akibat aksi boikot pada kuartal IV 2023.

"Kami terdampak oleh sentimen konsumen yang negatif pada penjualan domestik. Pada pertengahan November dan Desember 2023 adalah dampak terbesar yang dirasakan," tuturnya dalam Paparan Kinerja secara daring, Rabu, 7 Februari.

Sepanjang 2023, Unilever mencatatkan penurunan laba bersih sebesar Rp4,8 triliun atau turun 10,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp5,3 triliun.

Sementara, penjualan bersih perseroan turun sebesar 6,32 persen menjadi Rp38,61 triliun pada 2023, dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp41,21 triliun.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut, Benjie mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa strategi untuk mengembalikan kinerja seperti semula. Salah satunya dengan menepis isu-isu yang tidak benar dan menampakkan sertifikat halal di produknya.

"Dengan intervensi, kami mulai recovery sejak Januari 2024 dan minggu pertama sampai ke empat tren meningkat dan sudah kembali ke baseline," ungkapnya.