Pep Guardiola Prihatin terhadap Kurang Suksesnya MU dalam Satu Dekade Terakhir
JAKARTA - Manajer Manchester City, Pep Guardiola, mengaku bisa memahami situasi yang dialami oleh Manchester United karena kurangnya kesuksesan yang nyata dalam satu dekade terakhir.
Setan Merah belum berhasil meraih gelar Premier League sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson pada tahun 2013. Mereka hanya berhasil memenangkan satu Piala FA, satu Liga Europa, satu Community Shield, dan dua Piala EFL dalam 11 tahun sejak kepergian sang legenda. Dalam kurun waktu tersebut, City telah mengoleksi 18 trofi.
Menjelang derby Manchester pada Minggu 3 Maret di Stadion Etihad, Manchester, Guardiola mengatakan bahwa ada tekanan konstan untuk meraih kemenangan di klub-klub besar, dan masalah United semakin diperparah oleh standar yang tinggi yang ditetapkan oleh Ferguson.
"Di klub-klub besar, Anda harus menang dan terus menang," katanya. "Bukan hanya United, Anda harus menang di klub-klub besar. Tidak mudah bagi United untuk keluar dari periode yang luar biasa sukses dengan Sir Alex dan menghadapinya, itu tidak mudah. Terkadang saya bisa memahaminya."
"Sebelumnya di Inggris, manajer-manajer memiliki lebih banyak kesabaran. Hari ini semua orang memiliki tekanan besar. Tapi diagnosis [United] seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tidak tahu alasannya. Saya tidak ada di sana," ungkapnya.
Baca juga:
Setelah menyelesaikan pembelian saham sebesar 28% di United, Sir Jim Ratcliffe mengungkapkan minggu lalu bahwa ia ingin menggulingkan City dan rival lainnya, Liverpool, dari posisi teratas mereka - sebuah pernyataan yang mirip dengan semangat Ferguson di awal karirnya di Old Trafford.
Guardiola melanjutkan dengan mengatakan bahwa mungkin bagi MU untuk mendapatkan kembali posisi teratas mereka di sepak bola Inggris karena era di negara ini tidak bertahan selamanya.
"Pada tahun 80-an itu Liverpool, pada tahun 90-an itu United, dan sekarang kami telah memenangkan tujuh Premier League dalam 11 atau 12 tahun terakhir," tambah Guardiola.
"Dalam 50 atau 60 tahun, tidak pernah ada satu negara pun di mana satu tim mendominasi dan mengendalikan segalanya, tapi kami mencoba memperpanjang ini sebanyak mungkin untuk bertahun-tahun," ucapnya.