Beri Kuliah Umum di USU, Moeldoko Beberkan 2 Tantangan Sektor Ketenagakerjaan

MEDAN - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyebut Indonesia masih menghadapi dua tantangan besar di sektor ketenagakerjaan.

Pertama, tingginya kaum muda yang tidak sedang menempuh pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan. Kedua, ketidaksesuaian keterampilan antara kebutuhan pasar dengan tenaga kerja.

Moeldoko menyampaikan kaum muda Indonesia usia 15-24 tahun yang tidak sedang menempuh pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan mencapai 23,22 persen pada 2022.

“Salah satu yang tertinggi di negara-negara ASEAN,” kata Moeldoko saat kuliah umum di Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat 1 Maret.

Adapun terkait persoalan ketidaksesuaian keterampilan antara kebutuhan pasar dengan tenaga kerja, kata dia, hal itu menyebabkan tingkat pengangguran pada lulusan SMA dan Diploma masih tinggi. Dengan detailnya masing-masing mencapai 8,41 persen dan 5,59 persen.

"Penting bagi kita memahami kompleksitas skill mismatch dan mencari solusi kolaboratif untuk mengatasi masalah ini," tuturnya.

Lebih lanjut, Moeldoko mengatakan produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu kunci untuk Indonesia Emas 2045. Untuk itu, tenaga kerja harus berkeahlian, adaptif, inovatif, dan mampu mengisi pasar kerja lokal dan global.

Menjawab tantangan tersebut, lanjut dia, pemerintah telah melakukan percepatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, penguatan pelatihan reskilling dan upskilling, serta integrasi softskills bagi angkatan kerja untuk mengantisipasi disrupsi.

Selain itu, kata dia, sejak 2020 pemerintah juga meluncurkan program kartu prakerja yang saat ini sudah melatih sebanyak 17,5 juta angkatan kerja. “Ini semua merupakan upaya pemerintah untuk mendekatkan antara kebutuhan pasar dengan tenaga kerja,” imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Moeldoko yang juga Wakil Ketua Komite Cipta Kerja menegaskan saat ini pemerintah gencar meningkatkan investasi di dalam negeri. Salah satu tujuannya untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Untuk itu, peningkatan keterampilan dan kompetensi tenaga kerja Indonesia sebuah keharusan agar lapangan kerja bisa diisi oleh anak-anak bangsa.

“Jangan hanya bisa protes soal masuknya tenaga kerja asing. Kita juga harus meningkatkan keterampilan dan kompetensi,” tandasnya.