Bagikan:

JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan, (KSP) Moeldoko meminta komitmen perguruan tinggi dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia (SDM) dalam menghadapi tantangan global dunia ketenagakerjaan.

Hal itu dikatakan Moeldoko saat memberikan kuliah umum di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta pada Kamis 13 Maret.

Ia menilai saat ini, Pemerintah sudah melakukan upaya-upaya yang tepat dalam mendorong optimalisasi SDM. Pertama, dengan adanya dukungan regulasi yang melingkupi dana abadi di bidang pendidikan, revitalisasi pendidikan dan vokalisasi serta penyiapan Rancangan Perpres tentang Manajemen Talenta Indonesia.

Kedua, dengan adanya dukungan anggaran seperti Kartu Indonesia Pintar, Dana Abadi Kebudayaan serta Dana Abadi Pendidikan yang dikelola LPDP.

“Harapannya kita dapat mencapai Indonesia Emas 2045 dengan pendapatan per kapita 30.000 USD per tahun. Jangan sampai kita terjerembab di middle income trap,” kata Moeldoko

Sedangkan dari sisi situasi produktivitas SDM Indonesia, lanjut Moeldoko, terdapat kaitan erat antara produktivitas angkatan kerja dengan peningkatan kualitas SDM dari sektor pendidikan.

Saat ini, tingkat pengangguran di Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana masih dalam kategori tinggi, yaitu 5,59%.

Oleh sebab itu, Panglima TNI 2013-2015 ini mengatakan bahwa perguruan tinggi perlu berkomitmen untuk menjawab tantangan perubahan. Ia pun berharap agar para mahasiswa mulai melihat potensi di dalam negeri dan dapat bersaing di tingkat global.

“Menuju Indonesia Emas, kapabilitas individu harus semakin dimatangkan, salah satunya melalui pembelajaran di perguruan tinggi,” ujar Moeldoko.

“Perguruan tinggi harus selalu berinovasi, dan mengajarkan leadership atau kepemimpinan kepada mahasiswanya sebagai modal, baik itu individu maupun organisasi,” imbuhnya.

Melalui penyederhanaan birokrasi, ujar Moeldoko, Pemerintah melihat masuknya investasi baik dalam negeri maupun luar negeri merupakan langkah awal dalam menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia.

Untuk itu, peningkatan keterampilan dan kompetensi para mahasiswa Indonesia menjadi sebuah keharusan. “Saya tidak setuju kalau dibilang tenaga kerja kita didominasi orang asing, itu sudah diatur kok. Kita fokuskan untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi anak-anak bangsa,” tutupnya.