Jubir Pemerintah Israel Sebut Kabinet Masih Bahas Akses ke Masjid Al Aqsa Selama Ramadan
JAAKRTA - Israel mesih membahas kemungkinan pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa di Yerusalem selama Bulan Puasa Ramadan mendatang, kata juru bicara pemerintah, setelah media melaporkan bahwa menteri keamanan sayap kanan mungkin akan diabaikan dalam masalah ini.
Masjid Al Aqsa, tempat suci ketiga umat Islam, adalah fokus harapan negara Palestina. Situs ini juga dihormati oleh orang Yahudi sebagai sisa dari dua kuil kuno mereka.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, kontrol Israel terhadap akses sering kali memicu gesekan politik, terutama selama Bulan Ramadan.
Pekan lalu, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengatakan akan ada kuota bagi 18 persen anggota minoritas Muslim Israel yang ingin mengambil bagian dalam doa perdamaian di Al Aqsa.
Hal ini akan menambah tindakan keras yang telah dilakukan Israel terhadap warga Palestina sejak serangan Hamas melintasi perbatasan dari Jalur Gaza pada 7 Oktober, dengan nama sandi "Banjir Al Aqsa", yang memicu perang Gaza yang sedang berlangsung.
Namun, saluran televisi Channel 12 yang memiliki rating tertinggi di Israel melaporkan pada Hari Rabu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan mengesampingkan perkataan Ben-Gvir.
"Masalah spesifik mengenai salat di Bukit Bait Suci, di Al Aqsa, saat ini masih dalam pembahasan kabinet," kata juru bicara pemerintah Avi Hyman dalam sebuah pengarahan pada Hari Kamis, dilansir dari Reuters 1 Maret.
Baca juga:
- Presiden Brasil Lula Berharap Joe Biden Menangi Pemilihan Presiden AS 2024
- Pemerintah Korea Selatan Kerahkan Dokter Militer ke Rumah Sakit di Tengah Mogok Massal
- Presiden Komisi Eropa Usulkan Penggunaan Aset Rusia yang Dibekukan untuk Beli Pasokan Militer Ukraina
- Ismail Haniyeh Sebut Hamas Fleksibel dalam Bernegosiasi, Tapi Juga Siap untuk Terus Berperang
Dia menambahkan, keputusan akhir akan mempertimbangkan keamanan dan kesehatan masyarakat, serta kebebasan beribadah.
Terpisah, juru bicara Ben-Gvir tidak menanggapi permintaan komentar. Pada hari Rabu, Ben-Gvir memposting di X, segala upaya untuk mengesampingkan otoritasnya akan berarti "kapitulasi terhadap teror", dan mendesak Netanyahu untuk menyangkal laporan Channel 12.