Kasus Perundungan Bocah TK di Sekolah Internasional Serpong Diproses Polisi

TANGERANG – Polres Tangerang Selatan (Tangsel) menindaklanjuti laporan dugaan perundungan yang terjadi di Taman Kanak (TK) Internasional di kawasan Serpong, Tangerang Selatan.

Kasi Humas Polres Tangerang Selatan, AKP Wendy membenarkan adanya laporan tersebut. Ia menyebut saat ini pihaknya tengah mendalami kasus tersebut.

“Benar bahwasanya pihak korban telah membuat laporan polisi (LP) ke Polres Tangsel. Untuk saat ini dari tim penyidik unit PPA Polres Tangsel, sudah melakukan cek TKP,” kata Wendy kepada wartawan di Polres Tangsel, Jumat, 23 Februari.

Wendy menyebut pihaknya telah melakukan pengecekan di tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan kebenaran dari kasus tersebut.

“Untuk saat ini dari tim penyidik unit PPA Polres Tangsel, sudah melakukan cek TKP. Kemudian sudah melaksanakan rencana penyelidikan untuk langkah-langkah selanjutnya,” katanya.

Perihal adanya luka pada tubuh korban, ia mengaku masih belum dapat menyampaikan lebih lanjut karena harus ada keterangan dokter.

“Sampai dengan saat ini, kita masih menunggu hasil resmi dari pihak dokter, untuk hasilnya ataupun visumnya,” tutupnya.

Reyna Mulyana, seorang kakek yang melaporkan seorang siswa TK di salah satu sekolah internasional di BSD Serpong Tangerang Selatan (Tangsel), atas tindak kekerasan yang dialami cucunya.

Laporan yang dibuat Reyna bukan untuk mempidanakan seorang anak kecil, melainkan untuk menyadarkan pihak sekolah untuk tanggap masalah.

“Ya sebetulnya (laporan) bukan kepada anak. Itu kepada pihak sekolahan. Karena bagaimana pun juga pihaknya harus profesional. Nah saya kecewa sekali dengan pihak sekolah,” kata Reyna Mulyana saat ditemui di Polres Tangerang Selatan, baru-baru ini.

Reyna menganggap apa yang menimpa cucunya di sekolah tersebut bukan hal yang sepele. Sebab, menurut Reyna, cucunya mengalami trauma berat hingga tak ingin masuk sekolah akibat kekerasan yang dialaminya.

“Trauma berat. Kalau mau diajak ke sekolah itu dirayu dulu. Dibeliin mobil-mobilan terus nanti dibeliin mainan. Beli roti, terus nanti kalau sampai ke sekolah tidak mau turun setelah diantar,” cerita Reyna.

Karena itu, dengan dibuat laporan, pihak sekolah bersedia mengambil sikap bijak. Terlebih, agar tidak terulang kejadian serupa.

“Supaya dia sekolah merasa nyaman. Karena kita bayarnya tidak murah di sekolah ini. Semuanya kita minta dilayani. Samalah ya jangan ada berpihak ke sini atau berpihak ke sana,” tutupnya.