WHO Evakuasi 32 Pasien Kritis dari Rumah Sakit Nasser di Gaza
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan mereka telah menyelesaikan misi evakuasi kedua dari Rumah Sakit Nasser di Gaza, memindahkan total 32 pasien kritis termasuk anak-anak dari lokasi tersebut di tengah pertempuran antara pasukan Israel dan agen Hamas.
Staf WHO mengatakan kehancuran di sekitar rumah sakit "tak tergambarkan", menyuarakan keprihatinan terhadap sekitar 130 pasien yang sakit dan terluka, serta 15 petugas medis yang masih berada di dalam rumah sakit tersebut.
“WHO mengkhawatirkan keselamatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan yang masih dirawat di rumah sakit dan memperingatkan, gangguan lebih lanjut terhadap layanan penyelamatan nyawa bagi orang sakit dan terluka akan menyebabkan lebih banyak kematian," kata WHO di situs media sosial X, dilansir dari The Times of Israel 21 Februari.
WHO juga mengatakan, upaya untuk memindahkan pasien yang tersisa terus berlanjut.
Lebih jauh dikatakan, situasi di lokasi rumah sakit tersebut semakin menantang, lantaran tidak adanya aliran listrik dan air, sementara sampah dan limbah medis menciptakan tempat berkembang biaknya penyakit.
Sebelumnya, WHO mengatakan RS Nasser, komplek medis terbesar terakhir yang masih berfungsi di Gaza sebelumnya, kini tidak lagi berfungsi, usai serbuan pasukan khusus Israel kamis pekan lalu, setelah pengepungan selaman berhari-hari.
Tim WHO tidak diizinkan memasuki rumah sakit di Gaza selatan pada Hari Jumat atau Sabtu, "untuk menilai kondisi pasien dan kebutuhan medis kritis," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam unggahannya di media sosial X, melansir CNN.
Dalam unggahannya Dr. Tedros juga mengatakan, masih banyak pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut, dengan beberapa di antaranya membutuhkan pemindahan segera, mengingat kondisi rumah sakit saat ini.
"Masih ada sekitar 200 pasien di rumah sakit. Setidaknya 20 orang harus segera dirujuk ke rumah sakit lain untuk mendapatkan layanan kesehatan, rujukan medis adalah hak setiap pasien," tegasnya.
Baca juga:
- Kirim 800 Drone, Menhan Kanada: Kami akan Terus Memberikan Bantuan Militer untuk Ukraina Memenangkan Perang Ini
- Luncurkan Operasi Perisai di Laut Merah, Uni Eropa: Lindungi Kapal Komersial dari Serangan Houthi
- Pilot Rusia yang Membelot ke Ukraina Dilaporkan Tewas dengan Luka Tembak di Spanyol
- Usulkan Rancangan Resolusi DK PBB Mengenai Gaza, AS Serukan Gencatan Senjata dan Pembebasan Seluruh Sandera
"Biaya keterlambatan akan ditanggung oleh nyawa pasien," tambah Tedros, sebelum mendesak agar staf WHO mendapatkan akses ke pasien dan rumah sakit.
Israel Defense Forces (IDF) mengatakan, mereka "menangkap sejumlah tersangka" di rumah sakit, dan menambahkan bahwa operasi masih berlangsung.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan mereka memiliki "informasi intelijen yang dapat dipercaya dari sejumlah sumber, termasuk dari para sandera yang dibebaskan," bahwa Hamas sebelumnya pernah menyandera di rumah sakit tersebut, dengan jenazah para sandera yang meninggal mungkin ada di rumah sakit tersebut.