Mengenal Kanker Sarkoma yang Banyak Diderita Perempuan Usia Menopause
JAKARTA – Artis Alice Norine secara tiba-tiba membagikan kabar kurang membahagiakan. Ia mengaku mengidap kanker sarkoma, jenis kanker langka yang membuatnya menopause dini.
“Aku divonis kanker sarkoma, yaitu kanker langka yang berkembang di otot rahim,” kata Alice Norin membuka kisahnya tentang penyakit yang ia derita.
Ibu dua anak ini mengaku merasakan sakit di bagian perut bawah sejak Agustus 2023 yang setelah melakukan pemeriksaan ternyata ada miom. Menurut dokter yang memeriksanya, Alice tidak membutuhkan operasi pengangkatan miom jika dirasa tidak mengganggu.
Tapi kemudian ia mengalami sakit yang tak tertahankan akhir tahun lalu. Kondisi ini membuat Alice Norin kembali memeriksakan dirinya ke dokter hingga akhirnya ia divonis kanker sarkoma.
Mengutip Johns Hopkin Medicine, sarkoma adalah kanker langka yang berkembang di tulang dan jaringan lunak, termasuk lemak, otot, pembuluh darah, saraf, jaringan kulit dalam, dan jaringan fibrosa.
Sering Dianggap Miom Biasa
Sarkoma jarang terjadi, hanya merupakan satu persen dari seluruh diagnosis kanker pada orang dewasa dan sekitar 15 persen dari diagnosis pada masa kanak-kanak.
Menurut National Cancer Institute, sekitar 12.000 kasus sarkoma jaringan lunak dan 3.000 kasus sarkoma tulang didiagnosis di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Sementara itu, Mayo Clinic mengungkapkan, ada lebih 70 jenis sarkoma. Pengobatan kanker sarkoma pun beragam, tergantung jenis, lokasi, hingga faktor yang membersamainya.
Berkaca pada cerita yang dibagikan Alice Norin, dr. Boyke Dian Nugraha mengatakan pembengkakan di rahim sering dikira sebagai miom biasa. Tapi setelah ditelusuri lebih lanjut, kerap ditemukan sel kanker yang sudah menjalar.
Perempuan di usia menopause lebih berisiko terkena kanker sarkoma. Karena itulah, butuh kewaspadaan jika muncul perdarahan yang tidak normal karena ini bisa menjadi indikasi awal kanker berkembang.
Disebutkan dr. Boyke, kanker sarkoma yang menyerang bagian rahim berawal dari gejala perdarahan. Inilah yang membuat orang salah arti, sehingga dianggap sebaga perdarahan biasa.
"Dia biasanya ketahuannya, ada perdarahan-perdarahan dulu tuh, perdarahan yang banyak, kemudian dilakukan kuret untuk diagnosis sekalian untuk menghentikan perdarahannya. Biasanya dimulai dengan hiperplasia, hiperplasia itu masih jinak, tapi kalau sudah hiperplasia yang nanti ada juga pembengkakan, itu hiperplasia yang ganas," tuturnya.
Baca juga:
- Fenomena Komeng Raih Suara Tertinggi, Personal yang Baik dan Tidak Kontroversial Sukses Gaet Hati Publik
- Tamara Tyasmara Dihujat Warganet, Padahal Perasaan Seseorang Tak Bisa Diasumsikan dari Ekspresi Wajah
- Benarkah Silent Majority Bantu Dongkrak Suara di Pemilu?
- Menang Jangan Euforia, Kalah Jangan Sedih karena Indonesia Bukan Bangsa yang Suka Perpecahan
"Pada waktu itulah diketahui, karena susah sekali mendeteksi kanker badan rahim, kalau kanker leher rahim dengan pap smear juga bisa, tapi kalau kanker badan rahim iitu harus di-diagnosisnya dengan menggunakan kuret, di dalamnya itu dikerok baru ketahuan sel-sel tidak normalnya itu," sambungnya.
Perdarahan yang tidak normal bukan seperti menstruasi biasa. Jika perdarahan tidak kunjung berhenti meski diberi obat, dr. Boyke menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke fasiltas Kesehatan.
Soal Gaya Hidup
Sarkoma terbentuk ketika sel-sel tulang atau jaringan lunak yang belum matang mengalami perubahan pada DNA-nya, dan berkembang menjadi sel-sel kanker yang tumbuh dengan cara yang tidak diatur.
Mereka pada akhirnya dapat membentuk massa atau tumor yang dapat menyerang jaringan sehat di sekitarnya. Jika tidak diobati, kanker dapat menyebar melalui aliran darah atau sistem limfatik dari lokasi utama pembentukannya ke organ lain.
Diungkap dr. Boyke terdapat banyak faktor yang menyebabkan kanker sarkoma. Selain faktor genenik, ia juga menyebut gaya hidup bisa menjadi pencetus.
"Ada multifaktor, ada banyak faktor, genetik atau riwayat kanker sudah pasti risikonya terkenanya juga lebih tinggi. Selain itu tentu faktor gaya hidup ya," jelas dr. Boyke.
Menurut dr. Boyke, risiko kanker sarkoma yang muncul di rahim meningkat tiga sampai lima kali lipat menjelang menopause. Ia pun menyarankan agar sebaiknya lebih sering melakukan deteksi dini untuk mengantisipasi sel kanker menyebar lebih luas dan berada di stadium lanjut. Pasalnya dr. Boyke mengatakan peluang kesembuhan menjadi relatif lebih kecil ketika sudah berada di stadium lanjut.
"Sebaiknya saat sudah memasuki masa menopause, kacang-kacangan, dan daging dengan tinggi lemak dihindari, makanan-makanan yang mengandung phytoestrogen. Perbanyak sayur-sayur hijau," kata dr. Boyke.