Beberapa Versi Penyebab Ganjar Mahfud Kalah di Kandang Banteng

YOGYAKARTA – Penyebab Ganjar Mahfud kalah di Kandang Banteng jadi salah satu hal yang menarik untuk dibicarakan. Pasalnya, perolehan suara quick count dan exit poll memperlihatkan bahwa suara untuk paslon Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah yang selama ini jadi basis terkuat PDIP justru mendapat angka rendah, yakni 34,90 persen.

Sedangkan perolehan suara yang didapatkan paslon Prabowo-Gibran di Jawa Tengah justru lebih tinggi, bahkan terpaut jauh yakni sebesar 51,88 persen. Untuk pasangan  Anies-Cak Imin hanya mendapat perolehan suara sebesar 16,32 persen. Hasil tersebut membuat banyak orang beranggapan Jateng bukan lagi Kandang Banteng.

Penyebab Ganjar Mahfud Kalah di Kandang Banteng

Seperti dijelaskan sebelumnya, perolehan suara paslon Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah cukup mengejutkan karena tidak mendapatkan hasil yang cukup tinggi. Selain di Jawa Tengah, kondisi yang sama juga terjadi di beberapa wilayah lain yakni Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menanggapi fenomena tersebut, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa kondisi itu sebagai anomali. "Justru itulah yang salah satu anomalinya," jelas Hasto Kristiyanto kepada media di gedung High End, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Februari.

Menurutnya, pergerakan struktur PDIP sudah masif dilakukan di banyak wilayah yang menjadi andang banteng. Ia juga sempat menyinggung adanya dugaan intimidasi terhadap kepala daerah dari PDIP.

"Karena pergerakan dari struktur itu sangat masif, meskipun kami melihat bahwa elemen-elemen kekuatan penggerak dari PDI Perjuangan seperti kepala-kepala daerah dari kami banyak sekali yang dilakukan intimidasi, dengan menggunakan proses-proses hukum," jelasnya.

Dugaan adanya tekanan dan intimidasi, kata Hasto dirasakan secara langsung oleh pada kepala daerah yang notabene PDIP. Ke depannya pihaknya akan membentuk tim khusus untuk menyelidiki adanya dugaan kecurangan yang terjadi selama Pemilu 2024.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam. Kepada Kompas ia mengatakan bahwa penyebab kekalahan Ganjar-Mahfud di Jateng-Bali adalah karena adanya perpindahan basis suara PDI-P.

Fenomena tersebut dipicu oleh soliditas basis pemilih loyal Paslon 03 yang tergerus lalu berpindah ke kebu Paslon nomor urut 02 Prabowo-Gibran

Ia juga menilai bahwa Presiden Jokowi yang intens berkunjung ke Jawa Tengah menjelang Pilpres 2024 berlangsung ternyata menuai hasil.

Hal serupa juga dijelaskan oleh pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati. Menurutnya, Presiden Jokowi punya andil dalam menggiring undecided voters yang ada ke paslon lain. Menurutnya, Prabowo-Gibran berhasil merebut perhatian masyarakat undecided voters menjelang hari pencoblosan.

"Terjadi di seluruh Indonesia undecided voters (lari ke 02) karena trennya kan hampir sama secara nasional. Tidak hanya di DIY dan Jateng, tapi secara nasional memang seperti itu. Termasuk dalam hal ini Gen Z dan milenial pada akhirnya memberikan pilihannya ke 02," jelas Mada.

Selain itu Mada juga menilai bahwa julukan Jawa Tengah sebagai Kandang Banteng juga masih berlaku namun hanya dalam konteks Pileg. Sedangkan untuk konteks Pilpres berbeda. Ada beberapa penyebab kekalahan yang berkaitan dengan kekalahan Ganjar-Mahfud.

Pertama, adanya masalah internal antara Ganjar dan PDIP yang membuat dukungan tidak maksimal. Selain itu Mada juga menilai bahwa gaya kepemimpinan mantan gubernur Jawa Tengah itu abu-abu, antara mengadopsi gaya Jokowi dan adanya usaha merivisi gaya Jokowi yang ternyata tak bisa dilakukan sehingga personifikasi Ganjar gagal mengganti personifikasi Jokowi.

Selain terkait penyebab Ganjar Mahfud kalah di Kandang Banteng, kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.