Aksi Kartu Kuning untuk Jokowi dalam Memori Hari Ini, 2 Februari 2018

JAKARTA – Memori hari ini, enam tahun yang lalu, 2 Februari 2018, Ketua BEM Universitas Indonesia (UI), Zaadit Taqwa secara mengejutkan melakukan aksi beri kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pemberian kartu kuning sengaja dilakukan untuk memperingatkan Jokowi supaya fokus ke isu gizi buruk di Asmat, Papua.

Sebelumnya, Asmat jadi daerah yang digolongkan berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk. Masalah itu mencoreng wajah pemerintah Indonesia. Sebuah negara dengan potensi alam yang luar biasa.

Narasi Indonesia sebagai negeri yang kaya potensi alam sudah kesohor sejak dulu kala. Sumber makanannya melimpah. Namun, narasi itu kerap dirusak dengan hadirnya masalah gizi buruk. Masalah itu bak aib bagi pemerintah.

Ambil contoh terkait masalah gizi buruk yang menimpa Kabupaten Asmat pada awal Januari 2018. Masalah kurangnya gizi membuat pasien campak meningkat hingga mencapai 652 orang, dan 223 anak telah dinyatakan gizi buruk.

Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa memberikan ‘kartu kuning’ untuk Presiden Joko Widodo saat menghadiri Dies Natalies ke-68 UI. (Istimewa)

Angka meninggal dunia karena kedua masalah itu tak sedikit. Bahkan mencapai puluhan nyawa. Kondisi itu membuat Bupati Asmat, Elisa Kambu menetapkan gizi buruk sebagai KLB pada 9 Januari 2018. Berita terkait status KLB gizi buruk Asmat menyebar ke mana-mana.

Banyak pihak yang berspekulasi terkait merebaknya masalah kurang gizi di Asmat. Isu dana yang tak tepat sasaran pun merebak. Fasilitas kesehatan yang tak banyak jadi salah satu masalah. Pun tenaga kesehatan yang ada di wilayah Asmat dianggap tak mendapatkan gaji yang setimpal.

Pemerintah setempat bak tak bekerja secara maksimal. Seharusnya masalah seperti gizi buruk sudah ditanggulangi sejak dulu. Pemerintah dapat membuat kebijakan supaya asupan gizi anak-anak di Asmat dapat lebih baik. Namun, tak dilakukan.

“Kepala Dinas Kesehatan Asmat Pieter Pajalla tak membantah soal jumlah gaji perawat lulusan diploma. Ia juga merasa aneh karena upah petugas kesehatan bergelar sarjana justru lebih kecil, yakni Rp2,2 juta. Saya tidak tahu kenapa lebih kecil karena ini sudah ditetapkan dari dulu. Tahun ini, kata dia, pemerintah daerah Asmat sudah menambah gaji semua petugas kesehatan sebesar Rp1 juta.”

“Minimnya tenaga kesehatan bukan satu-satunya faktor meluasnya penderita campak dan gizi buruk di Asmat. Hendrik (tim dokter yang datang ke Asmat) bersama tim keuskupan menyimpulkan virus campak meluas karena asupan gizi anak-anak Asmat yang sangat sedikit. Mereka sebenarnya bisa memperoleh gizi dan karbohidrat dengan mengkonsumsi sagu dan ikan, seperti yang dilakukan nenek moyang mereka selama ratusan tahun. Namun masyarakat sudah sangat jarang pergi mengail ikan dan hanya sesekali mencari sagu,” terang Erwan Hermawan dan kawan-kawan dalam buku Anggaran Hilang, Gizi Buruk Terbilang (2018).

Anak-anak yang menderita gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua. (Antara)

Status KLB di Asmat juga membuat pemerintah pusat kebagian kecaman. Pemerintah dianggap telah gagal melindungi warga negaranya. Kecaman yang paling diingat adalah pemberian kartu kuning dari Ketua Bem UI, Zaadit kepada Presiden Jokowi.

Pemberian kartu kuning itu dilakukan kala Jokowi memberikan pidato di acara Dies Natalis ke-68 UI pada 2 Februari 2018. Aksi kartu kuning itu dianggap suatu peringatan kepada pemerintahan Jokowi untuk fokus mensejahteraan rakyat, termasuk urusan mengentaskan gizi buruk di Asmat.

Aksi Zaadit pun tak bertahan lama. Sebab, Paspamres segera mengamankannya. Aksi itu kemudian jadi perhatian di seantero negeri. Aksi Zaadit membawa pro dan kontra. Satu sisi Zaadit dikira melakukan kritik dengan tak sopan.

Sisi lainnya aksi Zaadit dianggap layak karena pemerintah langsung mengalihkan perhatiannya kepada isu gizi buruk di Asmat. Jokowi sampai berjanji akan membawa rekan-rekan dari UI untuk memantau langsung ke Asmat.

"Ini bentuk upaya kami supaya tetap bisa menyampaikan aspirasi. Kalau di sepak bola kartu kuning ini menjadi peringatan supaya lebih berhati-hati atau menjaga dirinya lah. Begitu juga bagi Pak Jokowi, ini menjadi peringatan bahwa mahasiswa tidak akan tinggal diam dan agar kembali menuntaskan tugas-tugasnya yang belum selesai," kata Zaadit beberapa hari setelahnya sebagaimana dikutip laman BBC, 4 Februari 2018.