Qatar Harap Reaksi AS Atas Tewasnya Tiga Tentara di Yordania Tidak Mempengaruhi Upaya Perundingan Hamas-Israel
JAKARTA - Perdana Menteri Qatar pada Hari Senin mengatakan, dirinya berharap pembalasan Amerika Serikat atas serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania tidak akan melemahkan kemajuan menuju kesepakatan pembebasan sandera Israel-Hamas yang baru dalam pembicaraan akhir pekan.
"Saya berharap tidak ada yang akan melemahkan upaya yang kami lakukan atau membahayakan proses tersebut," kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al Thani di hadapan lembaga think tank di Washington, ketika ditanya apakah pembalasan AS atas serangan militan yang didukung Iran dapat dilakukan. membatalkan kesepakatan yang muncul, melansir Reuters 30 Januari.
Direktur CIA William Burns bertemu dengan Sheikh Mohammed, serta kepala dinas intelijen Mossad Israel dan kepala intelijen Mesir padaHhari Minggu di Paris untuk melakukan pembicaraan yang digambarkan sebagai pembicaraan konstruktif oleh Israel, Qatar dan AS, meskipun masih ada kesenjangan yang signifikan.
Berbicara di lembaga pemikir Dewan Atlantik di Washington, Perdana Menteri Qatar mengatakan, pembalasan AS "pasti akan berdampak. Dengan satu atau lain cara, hal ini pasti akan berdampak pada keamanan regional dan kami berharap semuanya dapat diatasi."
Diberitakan sebelumnya, tiga tentara Amerika Serikat tewas dan 34 lainnya akibat serangan drone terhadap pos militer AS di Yordania yang dekat dengan perbatasan Suriah.
Baca juga:
- Sebut Bukti Israel Kredibel Tapi Menlu AS Blinken Juga Akui Peran Vital UNRWA di Gaza
- Kumpulkan 314 Ribu Tanda Tangan, Vladimir Putin Resmi Terdaftar Sebagai Capres Pemilu Rusia Bulan Maret
- Uni Eropa Berkomitmen Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA, Keputusan Ditentukan Hasil Penyelidikan
- UNRWA Sebut Operasionalnya di Gaza Terancam Berakhir di Februari Jika Pendanaan Tidak Dilanjutkan
Presiden AS Joe Biden dalam keterangannya mengatakan serangan itu dilakukan kelompok militan radikal yang beroperasi di Suriah dan Irak yang didukung Iran.
Ini adalah serangan mematikan pertama terhadap pasukan AS sejak perang Israel-Hamas meletus pada Bulan Oktober, menandai peningkatan drastis ketegangan di kawasan Timur Tengah.