Bos Bulog Sebut Impor Beras 2 Juta Ton Sudah Diproses
JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, pemerintah sudah memproses impor beras 2 juta ton untuk tahun 2024.
Adapun penugasan ini merupalan kelanjutan impor beras yang dilakukan sejak 2023 lalu.
“Sudah dalam proses,” kata Bayu di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 29 Januari.
Bayu mengatakan, alasan kembali membuka keran impor beras karena pemenuhan stok beras dalam negeri.
Beras impor tersebut digunakan memproses penyebaran bantuan pangan beras.
Selain itu, lanjutnya, beras impor akan digunakan juga untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) atau operasi pasar.
“Semua sedang kita laksanakan untuk bisa mendukung program tugas Bulog bantuan pangan dan SPHP,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menugaskan Perum Bulog untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton beras di tahun ini.
Impor ini dilakukan untuk pemenuhan Cadangan Beras pemerintah (CBP) yang ada di Bulog.
Sekadar informasi, penugasan impor kepada Perum Bulog telah dilakukan selama tiga tahun berturut-turut.
Rinciannya, tahun 2022 keran impor dibuka sebanyak 500.000 ton.
Kemudian, di 2023 pemerintah membuka kembali keran impor sebanyak 2 juta dan kuota impor tambahan sebanyak 1,5 juta ton.
Sementara pada tahun ini rencananya impor akan dibuka sebanyak 2 juta ton.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, kebijakan tersebut merupakan alternatif pahit yang harus ditempuh dalam kondisi produksi padi nasional yang tengah menurun akibat perubahan iklim El Nino yang terjadi di 2023.
Akibatnya, sambung Arief, dampak perubahan iklim El Nino ini dirasakan beberapa bulan setelahnya, sehingga awal 2024 ini terjadi defisit bulanan neraca beras.
Mengacu pada data BPS, Arief mengatakan diperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami defisit beras pada Januari-Februari 2024.
Minus tersebut pada Januari 2024 diperkirakan sebesar 1,61 juta ton dan pada Februari 2024 sebesar 1,22 juta ton. Total defisit beras 2,83 juta ton.
Lebih lanjut, Arief mrngatakan, kondisi tersebut dapat menyebabkan eskalasi harga beras, sehingga perlu ada antisipasi. Alhasil pemenuhan CBP lewat impor menjadi solusinya.
“Importasi ini merupakan alternatif pahit, tapi harus kita lakukan. Kita sama-sama ketahui kondisi produksi padi nasional menurun akibat dampak climate change dan El Nino,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 16 Januari.
Baca juga:
Apalagi, sambung Arief, sesuai penugasan, stok CBP yang ada di Perum Bulog ditetapkan minimal harus ada sebanyak 1 juta ton.
CBP ini disiapkan untuk intervensi pemerintah bila terjadi kekurangan beras dan stabilisasi harga.
“Beras yang berasal dari importasi pun kita jadikan sebagai penguatan stok CBP,” tuturnya.