Kisruh Nikel pada Baterai Mobil Listrik, Geopolitik, Tesla, CATL, hingga BYD, Ini Faktanya
JAKARTA - Usai Gelaran debat calon wakil presiden (debat cawapres) yang digelar pada Minggu 21 Januari 2024 di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan Jakarta, ternyata masih berlanjut hingga saat ini termasuk merembet isi komponen baterai mobil listrik EV antara yang menggunakan nikel dengan yang tidak atau disebut Lithium-Ferro-Phosphate (LFP).
Pembahasan ini cukup menarik ketika kembali pada rilis yang diterbitkan pada 22 Maret 2022 oleh Wood Mackenzie, grup penelitian dan konsultasi global yang menyediakan data, analisis, dan saran konsultasi untuk industri energi, bahan kimia, energi terbarukan, logam, dan pertambangan.
Pada akhir rilisnya, Wood Mackenzie memprediksi pada tahun 2028 permintaan baterai kendaraan listrik jenis LFP diperkirakan akan meningkat dan melampaui baterai jenis lithium nikel mangan kobalt oksida (NMC) yang populer saat ini.
Kenapa LFP Mulai Naik Daun?
Melansir Reuters, 23 Juni 2023, ketika industri otomotif berupaya memproduksi kendaraan listrik yang lebih terjangkau, yang komponen termahalnya adalah baterai, maka LFP mendapatkan daya tarik sebagai bahan pilihan baterai kendaraan listrik. Menariknya, popularitas senyawa kimia yang dikenal sebagai LFP sebagian juga disebabkan oleh permasalahan lingkungan dan juga masalah geopolitik.
Selain harga baterai LFP lebih murah, baterai LFP lebih aman karena lebih kecil kemungkinannya untuk terbakar. Namun, baterai LFP juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, baterai LFP lebih berat dan lebih besar dibandingkan dengan baterai berbasis nikel. Kedua, baterai LFP memiliki kepadatan energi yang lebih rendah, sehingga jarak tempuh yang dihasilkan pun lebih pendek.
“LFP lebih murah dibandingkan kobalt dan nikel, dan semua mineral dapat diperoleh di Amerika Utara (yang berarti) biaya transportasi yang jauh lebih rendah dan rantai pasokan yang lebih aman,” kata Stanley Whittingham, profesor di Universitas Binghamton di New York dan peraih Nobel 2019 atas karyanya pada baterai lithium ion kepada Reuters.
Sebelumnya, pada Maret 2023, Elon Musk juga mengatakan pada Reuters, Tesla menggunakan baterai lithium iron phosphate (LFP) karena lebih murah pada beberapa produknya termasuk truk semi versi ringan, dan bisa saja beberapa model mendatang seperti mobil listrik kecil murah yang akan diproduksinya, dan bahkan ke Model 3 dan Model Y di masa depan.
Tesla sendiri saat ini menggunakan baterai NMC, LFP, dan NCA (nikel-kobalt-aluminium) pada kendaraan listriknya, dan pilihan bahan kimia baterainya bergantung pada model kendaraan dan tujuan penggunaannya. Dan pemasok terbesar jenis baterai itu bagi Tesla adalah Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), dari China.
Saat itu juga Elon Musk menyebut LFP masih didominasi oleh pemasok China. Namun meminta pemasok China membangun pabrik baterai di Amerika Serikat merupakan sebuah tantangan karena ketegangan politik AS-China.
Produsen Baterai teratas menurut GWh - Januari-Juni 2023
Diketahui, China juga adalah pendukung besar LFP, sebuah teknologi yang dipelopori CATL, produsen baterai kendaraan listrik global terbesar saat ini. Baterai jenis ini dikenal karena harganya yang murah dan stabilitas kimianya, meskipun kepadatan energinya lebih rendah dibandingkan bahan kimia baterai lainnya, sehingga menghambat jangkauan kendaraan listrik.
Namun pada Agustus 2023, CATL meluncurkan Shenxing yang diklaim sebagai “baterai LFP pengisian daya super cepat 4C pertama di dunia”.
“Baterai tersebut, yang dijuluki “gerakan seperti dewa,” mampu menjangkau jarak tempuh 400 kilometer dalam 10 menit pengisian, kata Gao Han, chief technology officer divisi e-car CATL, dalam rilis perusahaan.
Produksi massal baterai Shenxing telah berlangsung pada akhir tahun 2023, dan pengiriman akan dimulai pada tahun 2024.
Namun bukan berarti CATL meninggalkan nikel, sistem material CATL amat terkenal sebagai pelopor dengan kandungan nikel tinggi 811, bersama dengan Nano-rivet technology, menawarkan penguatan struktural dan perlindungan pada tingkat sel. Ini sangat meningkatkan kepadatan energi dan secara efektif menyeimbangkan keselamatan dan keandalan berstandar tinggi.
Selain itu, CATL juga telah memperkenalkan jenis baterai baru di pameran Auto Shanghai 2023 yaitu baterai dengan bahan terkondensasi atau sejenis dengan baterai semi-solid. Menurut CATL, baterai benda terkondensasi juga merupakan jenis baterai lithium. Bentuk elektrolitnya antara baterai padat dan cair. Ini adalah bahan gel, dibandingkan dengan baterai lithium terner yang saat ini ada di pasar umum, baterai ini memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi.
Kepadatan energi baterai lithium terner adalah sekitar 250 Wh/kg; sementara kepadatan energi LFP pada dasarnya adalah 180 Wh/kg. Sementara, kepadatan energi sel baterai bahan terkondensasi dapat mencapai hingga 500 Wh/kg, atau dua kali lebih tinggi dibandingkan baterai litium terner.
Saat ini, CATL bekerja sama dengan mitra dalam pengembangan pesawat penumpang listrik dan melakukan standar dan pengujian tingkat penerbangan sesuai dengan persyaratan keamanan dan kualitas tingkat penerbangan. Selain itu, CATL juga akan meluncurkan versi baterai ini untuk dunia otomotif, yang sudah memasuki produksi massal di 2023.
Baterai Kendaraan Listrik Canggih Bernama Blade Battery dari BYD
BYD tak hanya pemimpin pasar global sebagai produsen kendaraan ramah lingkungan (EV, PHEV, dan Hybrid) dalam tiga tahun terakhir tapi juga adalah produsen baterai mobil listrik terbesar ketiga di dunia di bawah CATL dan LG Energy Solutions.
Sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik murni (EV) di bawah Tesla, banyak yang penasaran dengan teknologi baterai mobil yang dimiliki BYD.
Untuk baterai, BYD menggunakan baterai berjenis lithium iron phosphate (LFP) bernama "Blade Battery" yang lebih aman dibandingkan jenis baterai lainnya.
“Ketiga mobil listrik BYD yang kami bawa ke Indonesia, dari Seal, Dolphin dan Atto, ketiganya menggunakan baterai LFP yang sudah melalui pengujian panjang perusahaan di sisi keamanan," kata Luther T. Panjaitan, Head of Marketing Communication BYD Motor Indonesia saat acara Media Test Drive BYD Dolphin, beberapa waktu lalu.
Dalam rilis perusahaan sebelumnya, disebut Blade Battery merupakan komponen yang dikembangkan BYD dengan keamanan maksimum yang menawarkan kekuatan, daya jelajah tinggi serta usia pakai yang panjang. LFP tidak mudah terbakar karena memiliki stabilitas termal yang sangat baik dan secara substansial bebas kobalt sehingga lebih ramah lingkungan.
Baterai itu dinamakan "blade" karena bentuknya yang pipih, lurus dan panjang. Jika dibandingkan baterai model sebelumnya, baterai blade dapat menghemat ruang hingga 50 persen.
Pada aspek ketahanan atau usia baterai, sel Blade Battery memiliki rentang hidup sepanjang 1.200.000 km atau sekitar 3.000 kali pengisian, sehingga sangat tepat untuk penggunaan jangka panjang.