Platform X Berkomitmen dalam Perangi Ujaran Kebencian
JAKARTA – CEO X Linda Yaccarino mengatakan bahwa platformnya merupakan sarana untuk arus informasi yang bebas. Seluruh pengguna berhak menyampaikan informasi atau gagasan apa pun.
Dari berbagai informasi dan gagasan yang disampaikan, interaksi akan menciptakan diskusi dan memberikan pengetahuan yang luas bagi pengguna lain. Secara tidak langsung, proses ini akan menciptakan kemandirian informasi.
Yaccarino menyadari bahwa proses ini merupakan ciri khas dari platform X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Namun, tidak semua orang bisa membatasi diri sehingga kebebasan ini bisa mengarah kepada ujaran kebencian.
“Praktik penyaringan konten yang berat di beberapa platform dan entitas media telah mengubah pemahaman masyarakat tentang kebenaran. Dan kami melihat hal-hal yang kami anggap benar ditantang secara terbuka,” kata Yaccarino melalui blog X.
Baca juga:
Platform X memang kaya akan informasi, tetapi seluruh informasi ini masih harus dikontrol. Oleh karena itu, X berusaha menyaring informasi untuk meningkatkan akurasi dan mengurangi cuitan yang dibuat untuk menjatuhkan pihak tertentu.
“Perkataan yang mendorong kebencian benar-benar merusak masyarakat kita, memecah belah masyarakat, dan mengancam tatanan kehidupan yang kita miliki. Ini adalah tugas kita untuk memerangi ujaran kebencian di komunitas kita dan di setiap platform,” jelas Yaccarino.
X berupaya memerangi ujaran kebencian setiap tahunnya. Sejauh ini, mereka telah menghapus jutaan konten yang melanggar Ketentuan Layanan. Mereka juga menangguhkan banyak akun yang melakukan tindak kekerasan serta perilaku kebencian.
Yaccarino mengatakan bahwa X akan terus berkomitmen dalam memerangi ujaran kebencian, apa pun bentuknya. Mereka akan menjaga hak kebebasan berpendapat dan mengedepankan independensi informasi dari para pengguna.
“Memerangi kebencian adalah sebuah dedikasi seumur hidup. Mandat kami di X jelas, kami harus melindungi kebebasan berpendapat, menjaga independensi informasi, sekaligus mengatasi antisemitisme dan ujaran kebencian,” ungkap Yaccarino.