8 Hari Padam, Layanan telekomunikasi di Gaza Akhirnya Pulih Kembali
JAKARTA - Penyedia layanan komunikasi di Jalur Gaza, Paltel Group mengumumkan bahwa tim teknisnya telah bekerja selama beberapa hari terakhir untuk memperbaiki kerusakan pada infrastruktur jaringan internal “yang disebabkan oleh agresi berkelanjutan di Jalur Gaza".
Layanan telekomunikasi dan internet di Gaza secara bertahap mulai kembali pulih pada Jumat, 9 Januari setelah mengalami pemadaman total selama delapan hari di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa dua stafnya tewas akibat tembakan artileri Israel pada Sabtu ketika sedang mencoba memperbaiki jaringan telekomunikasi, sehingga jumlah stafnya yang tewas dalam serangan Israel terhadap Gaza menjadi 14 orang.
Layanan komunikasi dan internet terganggu pada 12 Januari di sebagian besar Jalur Gaza, menandai pemadaman kesembilan sejak 7 Oktober 2023.
Paltel adalah perusahaan telekomunikasi di Palestina yang menyediakan layanan komunikasi seluler dan internet terbesar di Jalur Gaza dan penyedia eksklusif layanan telepon tetap.
Baca juga:
- Mantan Perdana Menteri Sebut Strategi PM Netanyahu akan Meninggalkan Israel di Gaza dan Mengikis Dukungan Amerika Serikat
- Iran Gelar Latihan Militer di Tengah Ketegangan Regional: Unjuk Kemampuan Pertahanan Udara dengan Drone
- Rusia Bantah Buka Peluang Pembicaraan Damai dengan Ukrina
- 3 Pelaku yang Bobol Kios Penjual Minuman di Semarang Anak di Bawah Umur
Ooredoo, operator telekomunikasi lainnya, menyatakan pada Jumat bahwa layanan telekomunikasinya masih terganggu di Jalur Gaza tengah dan selatan, sementara layanannya di bagian utara berfungsi.
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas, yang diklaim menewaskan 1.200 orang di Israel.
Setidaknya 24.762 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 62.108 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah krisis makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong itu rusak atau hancur, menurut PBB.