Bantah Kena Serangan Ransomware, KAI: Belum Ada Bukti
JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI membantah adanya serangan siber ransomware ke sistem perusahan yang menyebabkan kebocoran data karyawan dan penumpang KAI.
Vice President Public Relation KAI Joni Martinus mengatakan masih belum ditemukan bukti konkret terkait dengan kebocoran data tersebut.
“Menanggapi isu yang beredar terkait KAI telah terkena serangan Ransomware, dapat kami sampaikan bahwa sampai dengan saat ini belum ada bukti ada data KAI yang bocor seperti yang dinarasikan,” tuturnya kepada wartawan, di Jakarta, Senin, 15 Januari.
Meski begitu, Joni bilang KAI sedang melakukan investigasi mendalam terkait dengan kebenaran dari informasi serangan siber ransomware yang menyasar sistem perusahan.
“Kami akan tetap melakukan investigasi secara mendalam terkait adanya informasi tersebut,” ucapnya.
Joni juga bilang seluruh sistem operasional IT dan pembelian tiket kereta secara online dari KAI masih berjalan dengan baik. Joni menekankan KAI secara berkala juga terus meningkatkan keamanan siber.
“Kami juga pastikan bahwa seluruh data KAI aman, dan hingga saat ini seluruh sistem operasional IT dan pembelian tiket online KAI masih berjalan dengan baik,” katanya.
Baca juga:
“KAI secara berkala terus meningkatkan keamanan siber demi kenyamanan para pelanggan untuk tetap menggunakan jasa transportasi massal kereta api yang nyaman, aman dan tepat waktu,” sambubgnya.
Sekadar informasi, beredar informadi di media sosial X yang diunggah oleh akun dengan nama @TodayCyberNews menjelaskan bahwa sebuah kelompok peretas mengklaim telah mengakses data sensitif, termasuk info karyawan, detail pelanggan, dan lainnya dari perusahaan Keteta Api Indonesia.
Berdasarkan gambar yang diunggah akun tersebut, peretas juga meminta pemerintah untuk memberikan tebusan untuk mengambil kembali data KAI dengan nominal 11,69 bitcoin atau sekitar Rp7,7 miliar (berdasarkan harga bitcoin Rp657.577.066 per BTC pada 15 Januari pukul 21.56 WIB).