Rupiah Diprediksi Kembali Melemah Didorong Data Inflasi AS
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan senin 15 Januari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong data inflasi AS.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari jumat 12 Januari, Kurs rupiah spot melemah tipis 0,01 persen ke Rp15.550 per dolar AS.
Sementara kurs rupiah Jisdor ditutup melemah tipis 0,01 persen ke level harga Rp15.559 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Inflasi CPI AS tumbuh sedikit lebih besar dari perkiraan pada bulan Desember, ditambah dengan tanda-tanda ketahanan pasar tenaga kerja baru-baru ini, memberikan dorongan yang lebih kecil bagi The Fed untuk mulai memangkas suku bunga lebih awal.
Namun, para pedagang tampaknya telah meningkatkan taruhan mereka bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada bulan Maret, setidaknya menurut alat CME Fedwatch.
Alat tersebut menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang sebesar 70,2 persen untuk pemotongan sebesar 25 basis poin pada tahun 2024, naik dari peluang 64,7 persen yang terlihat sehari yang lalu.
"Taruhan untuk penurunan suku bunga lebih awal tetap ada bahkan ketika beberapa pejabat Fed menolak ekspektasi tersebut, mengingat inflasi masih tetap tinggi dan jauh di atas target tahunan bank sentral sebesar 2 persen," Ujarnya dikutip senin 15 Januari.
Di Asia, data ekonomi Tiongkok menunjukkan beberapa perkembangan positif Data inflasi dan perdagangan Tiongkok mengisyaratkan beberapa tanda pemulihan di negara dengan perekonomian terbesar di Asia pada bulan Desember.
Inflasi CPI meningkat sedikit dari bulan ke bulan, sementara ekspor tumbuh lebih besar dari perkiraan.
Namun, negara ini masih menghadapi perjuangan berat untuk mencapai tingkat aktivitas ekonomi sebelum terjadinya COVID-19, karena pemulihan ekonomi sebagian besar gagal terwujud pada tahun 2023, meskipun langkah-langkah anti-COVID sudah dicabut.
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) mencatat indeks penjualan riil atau IPR per Desember 2023 sebesar 217,9. Angka ini tumbuh 0,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Adapun kinerja penjualan eceran pada Desember 2023 diperkirakan tetap kuat.
Secara bulanan, penjualan eceran juga diprakirakan meningkat, dengan pertumbuhan sebesar 4,8 persen (month to month/mtm).
Sedangkan kinerja seluruh kelompok diprakirakan meningkat, terutama pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi, subkelompok sandang, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Hal ini sejalan dengan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional Natal dan libur tahun baru yang meningkatkan permintaan dalam negeri, serta strategi potongan harga dari retailer," jelasnya.
Sedangkan pada November 2023, IPR tercatat tetap kuat sebesar 207,9.
Angka ini secara tahunan tumbuh sebesar 2,1 persen yoy.
Baca juga:
Secara bulanan, penjualan eceran tetap tumbuh sebesar 0,2 persen mtm terutama ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan kelompok suku cadang dan aksesori dan subkelompok sandang.
Sementara dari sisi harga, indeks ekspektasi harga umum (IEH) pada Februari dan Mei 2024 masing-masing sebesar 129,3 dan 132,4. Angka ini lebih rendah daripada IEH bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 133,1 dan 137,8.
Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Senin 15 Januari dalam rentang harga Rp15.530- Rp15.590 per dolar AS.