Bisnis Ganja Berkembang Pesat Usai Legalisasi, Thailand Berencana Larang Penggunaan untuk Rekreasi
JAKARTA - Thailand berencana memberlakukan larangan penggunaan ganja untuk rekreasi, mengkaji opini publik mengenai rancangan undang-undang itu, setahun lebih setelah legalisasi ganja dan diikuti dengan perkembangan pesat bisnis terkaitnya.
Perubahan tersebut, yang bertujuan untuk memenuhi janji pemilu, terjadi setelah Perdana Menteri Srettha Thavisin menentang penggunaan narkoba di tengah kekhawatiran penyalahgunaan narkoba, bersumpah bahwa pemerintahnya hanya akan mendukung penggunaan narkoba untuk medis.
"Kami merancang undang-undang ini untuk melarang penggunaan ganja yang salah," kata Menteri Kesehatan Cholnan Srikaew, dilansir dari Reuters 12 Januari.
"Semua penggunaan rekreasi adalah salah."
Diterbitkan di situs Kementerian Kesehatan pada Hari Selasa, rancangan baru tersebut hanya akan mengizinkan penggunaan ganja untuk keperluan medis dan kesehatan, sementara melarang semua jenis penggunaan ganja untuk rekreasi.
Undang-undang ini menetapkan denda hingga 60.000 baht (1.700 dolar AS) untuk penggunaan rekreasi, sementara iklan atau kampanye pemasaran mengenai penggunaan tersebut dapat dikenakan hukuman penjara hingga satu tahun atau denda berkisar hingga 100.000 baht.
Undang-undang ini juga memperberat hukuman bagi pertanian ganja tanpa izin, mulai dari hukuman penjara satu hingga tiga tahun serta denda mulai dari 20.000 baht hingga 300.000 baht.
Namun nasib toko-toko ganja dan apotik yang tidak diatur masih belum jelas, begitu juga dengan risiko yang dihadapi oleh mereka yang menanam ganja dalam skala rumah tangga – yang saat ini diperbolehkan setelah memberi tahu pihak berwenang, meskipun tanpa memerlukan izin.
Pemerintah tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai rancangan tersebut.
Batas waktu untuk memberikan masukan dari masyarakat adalah tanggal 23 Januari, setelah itu kabinet akan mempertimbangkan rancangan undang-undang dan saran yang diterima sebelum diajukan ke parlemen untuk pembahasan lebih lanjut.
Baca juga:
- Amerika Serikat-Inggris Serang Posisi Houthi di Yaman melalui Udara dan Laut
- Israel Dituduh Lakukan Genosida di Gaza, Juru Bicara Militer Nilai Kekejaman Hamas Diabaikan
- Pejabat Senior Moskow Ingatkan Respons Senjata Nuklir Jika Ukraina Serang Lokasi Peluncuran Rudal Rusia
- Kecam Kasus Genosida di ICJ, PM Israel Netanyahu: Hari Ini Kami Melihat Dunia yang Terbalik
Diketahui, Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mendekriminalisasi ganja pada tahun 2021. Itu melahirkan industri yang diperkirakan bernilai hingga 1,2 miliar dolar AS dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan bermunculannya ribuan apotik, spa, restoran dan festival.
Aturan yang diterapkan secara terburu-buru dan sedikit demi sedikit, yang diterapkan dalam waktu seminggu setelah dekriminalisasi, bertujuan untuk mengekang penggunaannya namun tetap menyisakan celah untuk penggunaan rekreasi.