NATO Anggap Iran Bertanggung Jawab Hentikan Serangan Houthi

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO pada Jumat mengatakan Iran bertanggung jawab untuk mengakhiri serangan Houthi, dan menyebut serangan yang dilakukan oleh AS dan Inggris adalah tindakan "bertahan".

“Selama beberapa bulan terakhir, kami telah melihat pasukan Houthi melakukan puluhan serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. Serangan ini merupakan ancaman langsung terhadap keamanan maritim dan perdagangan internasional,” kata juru bicara NATO Dylan White dalam pernyataan kepada Anadolu dikutip ANTARA, Jumat, 12 Januari.

White mengatakan Dewan Keamanan PBB telah mengutuk serangan Houthi, dan komunitas internasional juga telah memperingatkan bahwa akan ada konsekuensi jika serangan-serangan ini tidak diakhiri.

“Serangan (AS-Inggris) ini bersifat defensif, dan dirancang untuk menjaga kebebasan navigasi di salah satu jalur perairan paling penting di dunia,” katanya mengenai serangan yang dilakukan AS-Inggris yang menargetkan sejumlah lokasi milik Houthi di Yaman pada Jumat, 12 Januari pagi.

Serangan AS-Inggris itu mendapat dukungan dari Kanada, Belanda, Australia, dan Bahrain.

“Serangan Houthi harus diakhiri. Pasukan Houthi didukung, dipasok, dan diperlengkapi oleh Iran,” kata White.

“Sehingga Teheran memiliki tanggung jawab khusus untuk memerintah proksi-proksinya,” lanjutnya.

Gempuran AS-Inggris yang menyasar sejumlah lokasi milik Houthi di Yaman dilakukan sebagai balasan atas serangan nirawak dan rudal oleh kelompok bersenjata Yaman yang didukung oleh Iran itu terhadap jalur pelayaran internasional di Laut Merah.

Aksi Houthi yang menyerang kapal-kapal yang dinilai memiliki keterkaitan dengan Israel di Laut Merah dimulai pada November sebagai tanggapan terhadap perang Israel di Gaza.

Laut Merah adalah jalur perairan penting bagi perdagangan internasional, khususnya untuk pengiriman minyak dan bahan bakar, yang menghubungkan Terusan Suez di Mesir dengan Teluk Aden melalui Selat Bab al-Mandeb.

Houthi telah meluncurkan 27 serangan di Laut Merah sejak 19 November, menurut militer AS.