Kedutaan China di Ekuador Aktifkan Mekanisme Perlindungan Darurat
JAKARTA - Kedutaan Besar China di Ekuador mengaktifkan mekanisme perlindungan darurat pascagangguan keamanan di negara tersebut.
"Atas instruksi Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar dan Konsulat kami di Ekuador segera mengaktifkan mekanisme darurat perlindungan konsuler," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing dilansir ANTARA, Rabu, 10 Januari.
Pada Selasa (9/1), sekelompok orang bersenjata menyerbu stasiun televisi di Ekuador saat kru sedang melakukan siaran langsung. Orang-orang bersenjata bahkan sempat menyandera beberapa jurnalis dan kru televisi hingga sekitar 30 menit kemudian polisi datang dan mengaku telah membebaskan semua staf serta menangkap 13 orang.
Hal tersebut terjadi pasca Presiden Ekuador Daniel Noboa mengumumkan situasi darurat nasional selama 60 hari pada Senin (8/1) karena kaburnya salah satu pemimpin gangster paling terkenal dari penjara, Jose Adolfo Macias atau yang dikenal sebagai Fito.
"Kami juga mengumpulkan informasi tentang keselamatan warga negara dan institusi China di Ekuador dan kami telah mengingatkan mereka melalui berbagai saluran untuk melakukan tindakan pencegahan," imbuh Mao Ning.
Sejauh ini, menurut Mao Ning, tidak ada laporan kematian atau cedera warga China di Ekuador.
"Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar serta Konsulat kami di Ekuador akan terus mengikuti perkembangan di lapangan dan memberikan perlindungan dan bantuan konsuler kepada warga negara China," ungkap Mao Ning.
Pemerintah China, kata Mao Ning, mendukung pemerintah Ekuador dalam menjaga stabilitas sosial dan berharap agar negara tersebut dapat memulihkan ketertiban sesegera mungkin.
"Kami juga berharap Ekuador dengan sungguh-sungguh menjamin keselamatan masyarakat dan institusi China di Ekuador," kata Mao Ning.
Baca juga:
Gangguan keamanan meluas di Ekuador terjadi setelah Jose Adolfo Macias, pemimpin geng Los Choneros, kabur dari penjara di kota Guayaquil. Sejumlah narapidana dilaporkan menyandera beberapa sipir dan mengancam akan membunuh mereka jika tentara dikerahkan untuk mengendalikan penjara.
Kelompok tersebut punya aliansi dengan kartel narkoba Sinaloa yang berkuasa di Meksiko dan menyelundupkan narkoba dari Kolombia melalui kota-kota pelabuhan Ekuador ke AS dan Eropa.
Di Guayaquil, sebanyak delapan orang tewas dan dua orang luka-luka dalam serangan yang terkait dengan geng kriminal pada Selasa (9/1).
Presiden Noboa memerintahkan angkatan bersenjata untuk "menetralisir" geng yang digambarkan sebagai "organisasi teroris". Toko-toko, sekolah, kantor pemerintah dan gedung-gedung ditutup, para pekerja pun dipulangkan.