Bangun Giant Sea Wall, Ini Pesan Menteri KP Trenggono
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan bahwa pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall turut wajib memperhatikan aspek ekologi.
"Ekologi sedikit agak diabaikan karena ngurusin ekologi adalah sesuatu yang gak ada apa-apanya tetapi orientasi kepada ekonomi dan kemudian lupa terhadap ekologi," kata Trenggono, saat menghadiri acara strategi perlindungan kawasan Pulau Jawa melalui pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut (Giant sea wall) di grand ballroom kempinski, Rabu 10 Januari.
Trenggono menjelaskan sebagai negara maritim, potensi produksi perikanan Indonesia sekitar 2,3 juta ton atau setara mencapai Rp45 triliun di kawasan pantai utara Jawa. Di sisi lain pantai utara jawa juga terdapat 5 provinsi 28 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 43 juta dan memiliki panjang garis pantai 1.800 kilometer.
"Banyak sekali sumber daya alam yang kita eksploitasi masih di land based, sementara ocean based belum kita lakukan dengan baik. Kita akan tingkatkan budidaya untuk ekspor ke depan," katanya.
Sedangkan pada kawasan tersebut terjadi penurunan muka tanah sekitar 1 - 20 centimeter, dan banjir yang terjadi di pesisir sekitar 5 cm - 2 meter yang terjadi tiap tahun ketika iklim ekstrem.
Menurut Trenggono pembangunan tanggul laut raksasa tidak boleh menutup semuanya dan harus ada ruang atau kanal di situ. Supaya tidak mengganggu ekosistem lingkungan dan masyarakat nelayan yang tinggal di daerah pesisir.
"Kalau kita bangun Giant Sea Wall, tidak boleh ditutup semua. Dia harus ada ruang. Laut itu harus ada kanal yang masuk. Kemudian di pesisir harus tetap dibiarkan mangrovenya hidup karena di situ ada yang namanya ekosistem yang memberikan kehidupan kita" Jelasnya.
Trenggono menambahkan pembangunan tanggul laut raksasa turut harus memperhatikan aspek ekologi seperti pembuatan kanal untuk tanaman mangrove agar dapat hidup dan menjaga ekosistem perairan.
Baca juga:
"Pertama adalah lumpur timbul tenggelam atau tanah timbul atau sedimentasi. Kemudian akibat arus nah itu lumpur timbul tenggelam di situ harus hidup mangrove. Lalu kemudian dia juga akan berinteraksi dengan yang namanya seagrass atau Padang lamun dan terus berinteraksi dengan koral. Ini satu subsistem yang jadi satu infrastruktur atau satu ekosistem yang gak boleh diputus atau dipisah," katanya.
Selain itu, Trenggono berpesan dalam pembangunan tanggul laut raksasa ini wajib memiliki kanal supaya tidak mengganggu ekosistem wilayah di pesisir.
"Jadi ketika pembangunan Giant Sea Wall tidak diberikan kanal-kanal, ya tinggal tunggu waktu pasti akan ada kehancuran juga. Artinya pesan yang ingin saya sampaikan adalah membangun Giant Sea Wall harus betul diperhatikan aspek ekologi," kata Trenggono.