Pinjaman Rp8,3 Triliun dari CDB untuk Kereta Cepat Segera Cair ke KAI
JAKARTA - Dana pinjaman atau loan dari China Development Bank (CDB) untuk menutup cost overrun atau pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat akan segera cair ke PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pinjaman dari CDB akan menjadi modal KAI. Kata dia, pemerintah Indonesia dan CDB telah menandatangani kesepakatan atas pinjaman tersebut.
Namun, Tiko sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo belum merinci berapa nominal dana yang akan disuntik perbankan asing itu ke KAI.
“Sudah tanda tangan, tapi saya angkanya lupa berapa. Tapi sudah tanda tangan, sudah mau cair. Itu kan nanti loan-nya di KAI. Itu kan sebenarnya injeksi modal KAI,” ujarnya ditemui di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Senin, 8 Januari.
Sekadar informasi, pemerintah Indonesia memang sudah mengajukan pinjaman sebesar 550 juta dolar AS atau Rp8,3 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar) kepada CDB. Pinjaman ini sudah sejak 2022 lalu. Namun negosiasi berjalan alot kala menentukan besaran bunga pinjaman.
Terbaru, pemerintah Indonesia telah berhasil melakukan negosiasi terkait bunga pinjaman utang dengan China Development Bank (CDB) dari awalnya di level 4 persen menjadi 3,7 sampai 3,8 persen.
Tiko sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bunga pinjaman dengan CDB ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury.
Baca juga:
“Angkanya 3,7-3,8 persen. Karena kita lihatin aja treasury yield-nya Amerika kan sekarang 5,25 persen. Artinya jauh di bawah treasury yield Amerika. Jadi memang itu bunganya, bunga konsesi lah, diberikan bunga khusus juga dengan tenor yang panjang sekali, 35 tahun,” katanya kepada wartawan, ditulis Kamis, 2 November.
Tiko juga bilang utang pinjaman ke CDB tidak akan ditanggung APBN, meskipun akan dijamin APBN. Artinya, pemerintah hanya akan menjadi penjamin namun yang akan melunasi utang adalah PT KAI. Nantinya, KAI akan melakukan penyetoran modal ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
“Jadi KAI yang meminjam, karena KAI kan sebagai pemegang saham harus menambah permodalan. Jadi pinjaman ini adalah pinjaman untuk nantinya dipinjamkan oleh KAI ke KCIC, tapi yang meminjam KAI, dan pemerintah itu ada di belakang KAI,” ujarnya.