Refleksi Pembubaran Jabar Quick Response: Ganti Pemimpin Ganti Kebijakan adalah Budaya yang Harus Dihilangkan

JAKARTA – Kabar pembubaran tim Jabar Quick Response (JQR) mengejutkan banyak pihak. Adalah Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin yang meneken pembubaran JQR besutan pendahulunya, Ridwan Kamil.

Informasi pembubaran JQR disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar Ika Mardiah. Ia mengatakan program unggulan di era kepemimpinan Ridwan Kamil itu resmi dibubarkan pada 31 Desember 2023 setelah berkontribusi selama lima tahun.

"Kami berterima kasih kepada JQR yang telah melaksanakan tugas dengan luar biasa dan semoga yang telah dilakukan membawa kebermanfaatan bagi semua," kata Ira dalam keterangan resminya, Kamis (4/1/2024).

Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin memberikan keterangan di Gedung Sate Bandung, Sabtu (30/12/2023). (Antara/Ricky Prayoga)

Sebelum JQR resmi dibubarkan, Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin mengaku akan mengevaluasi sejumlah program pada 2024. Saat itu, Bey mengatakan ada program yang bisa dilanjutkan atau dihentikan pada tahun ini dan JQR termasuk salah satunya. 

“Ada yang baik di Pemprov, yang kurang baik kita drop dan yang baik tentu kita pertahankan,” ucap Bey di Gedung Sate pada akhir Desember 2023.

Dianggap Kurang Bermanfaat

Kabar pembubaran JQR mengundang reaksi negatif dari mayoritas masyarakat, terutama warga Jabar, karena keberadaan JQR dinilai memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Tanah Pasundan.

“Kenapa dibubarkan, padahal di pemerintahan Bandung ini loh JQR yang sering cepat tanggap respons,” kata seorang pengguna Instagram dalam kolom komentar akun @jabarquickresponse.

Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga tak menutupi kekecewaannya atas keputusan Bey Machmudin yang membubarkan tim JQR, namun ia tak bisa berbuat banyak karena bukan lagi orang nomor satu di Jabar.

“Menurut Pj Gubernur di media, JQR tidak memberi manfaat untuk rakyat, makanya dibubarkan,” tulis Ridwan Kamil saat ditanya pengikutnya soal tanggapannya terkait pembubaran JQR.

“Saya sedih tapi menghormati keputusan beliau karena beliau memiliki kekuasaan sekarang.”

Pembubaran tim JQR juga menjadi perhatian pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah. Ia menyayankan keputusan Pj Gubernur Jabar yang membubarkan JQR, padahal memiliki andil besar dalam pelayanan terhadap masyarakat.

“Menurut saya ini kebijakan yang tidak tepat, karena keberadaan JQR kan sebagai bentuk layanan publik, dalam kaitannya berupa pengaduan, usulan. Kalau ini ditutup, publik mau menyalurkan ke mana?” ucap Trubus ketika dihubungi VOI.

Bentuk Keegoisan Pemimpin Baru

Menurut Trubus, program yang memiliki dampak positif kepada masyarakat seharusnya dilanjutkan, bahkan diperkuat, bukan malah dibubarkan sehingga meninggalkan citra negatif pada Pj Gubernur yang menjabat.

Dalam kesempatan yang sama, Trubus juga menyoroti budaya di Indonesia di mana para pemimpin yang baru menjabat seringkali mengubah program atau kebijakan yang dibuat pejabat sebelumnya. Trubus menuturkan, penghapusan maupun perubahan program yang dilakukan oleh pemimpin baru semata-mata karena sifat egois.

“Kalau sebuah kebijakan atau program sifatnya jangka panjang, memang sebaiknya tidak boleh diganti-ganti. Pergantian pemimpin yang dibarengi dengan pergantian program adalah penyakit kronis di Indonesia. Ini bentuk keegoisan, ketidakjujuran dan hanya mementingkan kelompok atau golongan sendiri. Budaya seperti ini harusnya ditinggalkan,” Trubus menegaskan.

Jabar Quick Response (JQR) mendapat penghargaan dari Badan SAR Nasional (Basarnas). (Dok.Basarnas) 

Mengutip laman resminya, JQR hadir menjawab urgensi masyarakat Jabar yang butuh penanganan cepat dari pemerintah dalam kondisi darurat. JQR memiliki tujuan besar sebagai Gerakan Sosial (Civil Society Movement) sekaligus inovasi atas keseriusan Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar untuk memberikan keputusan atau solusi pertolongan pertama (first aid) bagi warga.

Program kemanusiaan ini diluncurkan oleh Gubernur Jabar saat itu, Ridwan Kamil pada 18 September 2018. Sejak diluncurkan program tersebut, JQR langsung mendapat beragam aduan dari masyarakat Jabar. Salah satu peran yang cukup vital dari JQR adalah menjadi lembaga yang membantu penanganan pandemi COVID-19, hingga urusan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa Cianjur pada akhir 2022.

Pada Januari 2022, JQR pun ikut turut andil dalam pemulangan jenazah seorang mahasiswa AL-Azhar Mesir, Nurhayati Murofiq asal Cianjur yang meninggal dunia di Kairo.

Selama lima tahun bekerja, JQR telah menjangkau 2.622 desa dari 605 kecamatan yang tersebar di 27 Kabupaten maupun Kota di Jawa Barat. Kehadiran JQR juga dirasakan manfaatnya oleh 166.547 orang.

Berkat rangkaian kinerja positif, JQR mendapat penghargaan dari Badan SAR Nasional (Basarnas). Penghargaan tersebut diberikan karena JQR dianggap sebagai mitra dalam penyelenggaraan kegiatan sosialisasi SAR dan penyelenggaraan operasi SAR di wilayah kerja Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Bandung pada 2022 lalu. Tiga tahun sebelumnya, Ridwan Kamil juga mendapat penghargaan Kepala Daerah Inovatif 2019 kategori program pelayanan masyarakat melalui program JQR.