Kemenkes Kucurkan Anggaran untuk Vaksin Nusantara yang Dikembangkan Terawan

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ikut membiayai penelitian Vaksin Nusantara yang dikembangkan oleh mantan Menkes Terawan Agus Putranto, khususnya untuk uji klinis tahap pertama.

Vaksin ini dikembangkan Terawan sejak tahun lalu, atau saat pandemi COVID-19 terjadi.

"Jawabannya iya, kita yang membiayai uji klinis fase I (vaksin Nusantara, red)," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Slamet, dalam diskusi daring, Jumat, 19 Januari.

Hanya saja, Slamet tak merinci berapa anggaran yang digunakan Kemenkes dalam pembiayaan Vaksin Nusantara.

Dia hanya menyebut, meski metode pembuatan vaksin berbeda dengan sejumlah pengembang vaksin lainnya, namun tujuannya sama, yaitu meningkatkan kesembuhan dan menekan penyebaran COVID-19.

"Seluruh penelitian ini tentu tujuannya sama adalah kesembuhan pasien tetapi kisi-kisinya menjadi berbeda, satu adalah melihat lamanya perawatan, satu melihat peningkatan stamina dan seterusnya," tegasnya

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito menyebut, pihaknya sedang memproses hasil penelitian dan pengembangan Vaksin Nusantara.

Sebab, BPOM baru-baru ini telah menerima hasil uji klinis fase pertama vaksin tersebut.

Selanjutnya, BPOM akan mengevaluasi data dari hasil hasil uji klinis fase pertama, sebelum mengizinkan untuk uji klinis fase selanjutnya.

"Ini sedang berporses. Kami baru menerima hasil uji klinis fase I, jadi masih dievaluasi oleh Tim Direktur Registrasi dari BPOM dengan tim ahli untuk kelayakannya apakah segara kita keluarkan protokol untuk uji klinis fase II karena yang pertama baru kita terima," tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, Vaksin Nusantara dikembangkan oleh Terawan sejak dirinya menjabat sebagai Menteri Kesehatan sebelum digantikan oleh Budi Gunadi Sadikin.

Dia mengatakan hasil uji klinis vaksin nusantara berjalan dengan baik. Bahkan, vaksin itu diklaim bersifat personal dan bisa digunakan semua kalangan termasuk yang memilik komorbid (penyakit penyerta).

Adapun vaksin ini merupakan kerja sama antara RS dr Kariadi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, RSPAD Gatot Soebroto, Aivita Biomedical dan Universitas Diponegoro untuk mengembangkan vaksin COVID-19 dengan teknologi dan sel dendritik.

"Tentunya konsep generalized harus diubah menjadi konsep personality individual vaccination," ucap Terawan dilansir dari Kompas TV, Rabu, 17 Februari.

Dalam proses pembuatan vaksin nusantara ini, kata Terawan, harus melewati proses inkubasi selama kurang lebih 7 hari. Hingga nantinya akan menjadi vaksin individual atau personal.

"Intinya adalah dari setiap kita punya dendritic cell tinggal dikenalkan antigen COVID-19 sehingga akan menjadi punya memory dendritic cell itu terhadap COVID-19," ujarnya.

Dia juga mengklaim vaksin ini akan memberikan kekebalan tubuh dalam waktu yang cukup lama. Sebab, vaksin ini menggunakan bahan serum darah dari masing-masing individu.