Kecerdasan Buatan Dipakai untuk Melindungi Petenis dari Kekerasan Daring
JAKARTA - Kecerdasaan buat akan dipakai empat badan tenis untuk membantu melindungi petenis-petenis mereka dari kekerasan di dunia maya.
Badan-badan tenis dimaksud adalah Federasi Tenis Internasional (ITF), Asosiasi Tenis Putri (WTA), All England Lawn Tennis Club (AELTC), dan Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA).
"Perkembangan ini mencerminkan komitmen badan-badan tenis internasional yang terlibat untuk melindungi dan mendukung para atlet dari trauma mental dan potensi ancaman pelecehan dan penyalahgunaan di dunia nyata," kata organisasi tersebut dalam rilis bersama mereka, dikutip Reuters, Sabtu 23 Desember.
ITF adalah badan yang menaungi tenis amatir, WTA adalah badan tertinggi yang mewadahi petenis profesional putri, sedangkan USTA dan AELTC adalah penyelenggara US Open dan Wimbledon.
Keempat organisasi ini nantinya akan memantau, melaporkan, serta membantu mengidentifikasi siapa yang berada di balik ancaman ke petenis melalui media sosial dengan menggunakan teknologi Threat Matrix.
Pemantauan kekerasan daring ini akan dilakukan di media sosial X (sebelumnya Twitter), Instagram, YouTube, Facebook, dan TikTok. Itu akan mulai dilaksanakan per 1 Januari 2024.
Threat Matrix adalah teknologi yang menggunakan kombinasi kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan data sumber terbuka (open-source).
Teknologi ini akan beroperasi dalam 35 bahasa. Ia akan bertugas memberikan penilaian ancaman yang cepat terhadap keamanan pribadi, memperingatkan platform media sosial akan adanya penyalahgunaan, dan mendukung lembaga penegak hukum dalam investigasi kasus-kasus serius.
"Tenis berkomitmen untuk mendukung para atletnya melawan pelecehan daring. Inisiatif terobosan ini akan memberikan kontribusi yang signifikan," kata badan-badan tersebut.
Baca juga:
Kekerasan daring belakangan ini marak terjadi menimpa petenis karena meluasnya judi online. Petenis lazimnya menjadi sasaran cari maki para penjudi yang kalah taruhan.
Threat Matrix sebelumnya digunakan pada masa percobaan tahun 2022 lalu. Saat itu teknologi ini memonitor lebih dari 1,6 juta unggahan publik di X dan 19 ribu komentar Instagram.
Komentar-komentar itu diarahkan kepada sebanyak 454 petenis yang dijadikan sampel. Petenis-petenis ini berkompetisi di berbagai turnamen tenis profesional pada tahun tersebut.
Hasilnya satu dari empat petenis yang akunnya dipantau terbukti menerima makian daring. Total ada 546 kicauan yang menghina atlet dari 438 akun yang diidentifikasi.