AS Siap Beri Suara Resolusi DK PBB saat Warga Gaza Terancam Kelaparan dan Korban Tewas Tembus 20 Ribu Jiwa
JAKARTA - Amerika Serikat siap memberikan suaranya untuk resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa terkait krisis Gaza, saat jumlah korban tewas di wilayah kantong Palestina itu tembus 20.000 jiwa, sementara badan ketahanan pangan menyebut penduduk di sana terancam kelaparan.
"Saya hanya ingin berbagi dengan Anda bahwa kami telah bekerja keras dan tekun selama seminggu terakhir dengan Uni Emirat Arab, dengan negara lain, dengan Mesir, untuk menghasilkan resolusi yang dapat kami dukung. Dan kami memiliki resolusi itu sekarang. Kami siap memberikan suara untuk itu," kata kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield pada Kamis malam, melansir CNN 22 Desember.
Dubes Thomas-Greenfield berbicara setelah pertemuan tertutup di mana Dewan Keamanan kembali menunda pemungutan suara mengenai resolusi tersebut, yang menyerukan penghentian pertempuran antara Israel dan Hamas dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Pemungutan suara yang semula dijadwalkan Senin pekan ini dan tertunda hingga empat kali, sekarang diperkirakan akan berlangsung pada Hari Jumat waktu setempat.
Dubes Thomas-Greenfield tidak menjelaskan bagaimana dia akan memberikan suara mengenai tindakan tersebut, namun mengatakan "ini akan menjadi sebuah resolusi – jika resolusi tersebut diajukan sebagaimana adanya – yang dapat kami dukung."
Resolusi tersebut akan memberikan bantuan kemanusiaan dan mendukung "prioritas Mesir dalam memastikan bahwa kami menerapkan mekanisme yang akan mendukung bantuan kemanusiaan," tambahnya.
Sementara itu, risiko kelaparan di Gaza meningkat setiap hari saat perang terus berlanjut atau memburuk, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Kamis oleh badan keamanan pangan yang didukung PBB.
Dalam laporannya mengenai daerah kantong yang dilanda bencana tersebut, Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) mengatakan, meskipun kekurangan gizi akut dan kematian yang tidak terkait dengan trauma belum melewati ambang batas kelaparan, "hal ini biasanya merupakan akibat dari kesenjangan konsumsi pangan yang berkepanjangan dan ekstrem."
"Meningkatnya peperangan, semakin berkurangnya akses terhadap makanan, layanan dasar, dan bantuan penyelamatan nyawa, serta konsentrasi atau isolasi ekstrem orang-orang di tempat penampungan yang tidak memadai atau daerah tanpa layanan dasar merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko ini," lapor IPC
Baca juga:
- Cegah Kesalahan Perhitungan yang Bisa Berujung Konflik, Jenderal Tertinggi AS dan China Gelar Pertemuan Virtual
- Pemimpin Oposisi Israel: Peluang Kemerdekaan Palestina Belum Mati, Tapi Serangan Hamas Menunda Solusi Dua Negara
- Hamas Sebut Tidak Ada Perundingan Sandera Kecuali Israel Akhiri Operasi di Gaza, PM Netanyahu: Menyerah atau Mati
- Hamas Tegaskan Tidak Ada Pembicaraan Mengenai Pertukaran Tahanan Sampai Operasi Militer Israel di Gaza Berakhir
Terpisah, jumlah orang yang terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 20.057, menurut pernyataan dari Kementerian Kesehatan yang dikuasai Hamas tersebut pada Hari Jumat.
Sebanyak 53.320 orang juga terluka dalam konflik tersebut, kata kementerian. CNN tidak dapat memverifikasi angka-angka tersebut secara independen.
Kementerian menambahkan, 390 orang tewas dalam 48 jam terakhir sementara jaringan komunikasi terputus di sebagian besar wilayah tersebut.