Cucu Pemilik Rumah Pengasingan Bung Karno di Rengasdengklok Berharap Ganjar 'Jas Merah'
JAKARTA - Cucu pemilik rumah Rengasdengklok Yanto Djuhari berharap calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo jangan sekali-kali melupakan sejarah atau 'Jas Merah'.
"Jangan lupakan sejarah dah intinya gitu, jangan lupakan," ujarnya saat menerima kunjungan Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo di Rumah Rengasdengklok di Karawang, Jawa Barat, Jumat 15 Desember, disitat Antara.
Menurutnya, penting bagi pemimpin untuk memerhatikan sejarah bangsanya dan para pendahulunya. "Kalau memang bapak ini punya hati nurani bagus, dia 'entar' ingat," ucapnya.
Jumat 15 Desember ini, perjalanan kampanye Ganjar melakukan kunjungan ke rumah Rengasdengklok yang menjadi saksi sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Rumah Rengasdengklok merupakan tempat presiden dan wakil presiden Indonesia pertama, Soekarno dan Mohammad Hatta diasingkan oleh golongan muda.
Peristiwa Rengasdengklok terjadi di rumah seorang petani keturunan Tionghoa bernama Djiauw Kie Siong, terletak di Dusun Bojong, Rengasdengklok.
Baca juga:
Mengenakan kemeja putih, Ganjar datang didampingi oleh istrinya Siti Atikoh. Ganjar meninjau kamar yang pernah digunakan oleh Presiden pertama RI yaitu Soekarno atau Bung Karno beserta Bung Hatta pada 16 Agustus 1945 atau sehari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Di ruangan kamar tersebut, nampak sebuah ranjang tua dari kayu jati yang ditutupi oleh kelambu putih transparan. Ada pula beberapa foto Soekarno yang terpajang di dinding di dalam kamar tersebut. Ganjar pun menengok kamar Muhammad Hatta yang berada di seberang kamar Soekarno. Di ruang tamu dipajang sejumlah foto Soekarno dan Kie Siong.
Ganjar mengatakan rumah Rengasdengklok ini mempunyai makna penting dalam perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat itu, Soekarno-Hatta diculik oleh sekelompok anak muda yang mendesak kemerdekaan Indonesia.
"Ini sejarah yang mesti dilihat, datang lah ke sini untuk tahu sejarah," ucapnya.
Ganjar mengaku mendapatkan sebuah garis besar dari kunjungannya itu, yakni semangat kebersamaan untuk perjuangan yang harus selalu diutamakan. Mengingat kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh semua kelompok.
"Semangat kemandirian, semangat perjuangan tidak selalu memberi, tidak berharap untuk diberi. Kami bisa merebut, kami bisa lakukan sendiri dan kami tidak bisa didikte, woh itu keren anak muda," pungkasnya.