Anies Kembali Singgung Fenomena Ordal, Klaim Terjadi di Seluruh Indonesia

BEKASI - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan kembali menyinggung soal fenomena orang dalam (ordal) yang membantu memuluskan suatu tujuan seseorang. Saat ditanya siapa ordal yang dimaksud, Anies menjawab fenomena ini tak hanya menyasar pada pihak tertentu.

"Jadi fenomena ordal ini bukan satu, fenomena ordal ini ada di mana-mana. Ordal ini fenomena yang terjadi di seluruh Indonesia," kata Anies kepada wartawan di Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 15 Desember.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menguraikan contoh kasus yang melibatkan ordal. Di antaranya kenaikan pangkat ASN seperti kepala dinas atau kepala biro, hingga pangkat pada instansi TNI dan Polri.

Tak hanya di lingkup pekerjaan, Anies menjelaskan fenomena ordal juga terjadi pada orang-orang yang ingin mudah mendapatkan tiket konser, hingga merekrut pemain sepak bola dalam suatu klub.

"Ordal membuat orang yang karena koneksi bisa dapat posisi. Sementara yang dibutuhkan di Indonesia adalah yang berprestasi yang mendapat posisi," urai Anies.

"Nah, praktik seperti itu tidak pantas terjadi lagi dan harus dihentikan. Harus dihentikan dari mana? Dari puncak. kalau dari puncak berhenti mempraktikkan, maka ke bawah mereka akan bilang negeri ini diatur pakai prestasi, pakai meritokrasi," lanjutnya.

Sebelumnya dalam debat perdana Pilpres 2024, Anies memberi tanggapan Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto yang menilai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) final dan mengikat.

Anies lalu menyebut fenomena orang dalam alias ordal untuk memuluskan pengangkatan seseorang. Padahal ordal tersebut melanggar etika.

"Fenomena ordal ini menyebalkan. Di seluruh Indonesia kita menghadapi fenomena ordal. Mau ikut kesebelasan ada ordalnya, mau masuk jadi guru ordal, mau daftar sekolah ada ordal, mau tiket untuk konser ada ordal. Ada ordal dimana-mana yang membuat meritokratik nggak berjalan. Yang membuat etika luntur," ujar Anies dalam debat capres di KPU, Selasa, 12 Desember.

Menurutnya, fenomena ordal bukan hanya di masyarakat namun juga di proses paling puncak.

"Dan ini saya rasakan beberapa waktu lalu beberapa guru berjumpa dengan saya mereka mengatakan 'pak di tempat kami pengangkatan guru-guru itu mendasarkan ordal kalau nggak ordal, nggak bisa jadi guru nggak bisa diangkat. Lalu apa jawabannya, atasan saya bilang wong yang di Jalarta pake ordal kenapa yang di bawah tidak pake ordal," kata Anies.

Anies menegaskan fenomena ordal merusak tatanan negara. "Negeri ini rusak apabila tatanan ini rusak," tambah mantan gubernur DKI Jakarta itu.