Jalur Tikus di Wilayah Perbatasan Indonesia Butuh Pengawasan Optimal
BENGKAYANG - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) sekaligus Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Tito Karnavian mengatakan pihaknya berkoordinasi dengan TNI/Polri dalam mengawasi jalur tikus di daerah perbatasan.
Namun, kata dia, TNI/Polri membutuhkan bantuan masyarakat untuk sinergisitas memaksimalkan pengawasan jalur tikus sebab masih rawannya daerah perbatasan akan jalur masuk lintas negara yang terselubung itu.
"Pasti kami koordinasikan dengan teman-teman TNI/Polri. Akan tetapi, TNI/Polri tidak bisa menjaga semua jalur tikus itu. Kekuatan personelnya tidak akan cukup sehingga memerlukan bantuan masyarakat," kata Tito di sela-sela kunjungan kerjanya di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Rabu, 13 Desember.
Tito menyebut jalur tikus sebagai salah satu kerawanan yang ada di perbatasan darat. Kerawanan itu terjadi di Pulau Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia serta di Pulau Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini.
"Salah satu kerawanan jalur darat Indonesia itu, ya, terutama di Kalimantan dan di Papua Nugini itu banyak jalur tikusnya, dan itu rawan," imbuhnya.
Ia menegaskan bahwa kerawanan itu dalam hal lintas orang maupun lintas barang.
"Iya kalau yang baik. Kalau yang tidak baik, 'kan bahaya," ujar Kepala BNPP.
Sebelumnya, Deputi Pengelolaan Batas Wilayah Negara BNPP Robert Simbolon menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan observasi terkait dengan jalur tikus itu, khususnya di Kalimantan Barat.
Robert menyebut jumlah jalur tikus terbilang banyak di provinsi tersebut. Observasi BNPP pada tahun 2020 menemukan 29 titik perlintasan tidak resmi atau jalur tikus di Kabupaten Sambas dan Bengkayang.
Pada observasi tahun 2022, BNPP menemukan dan memetakan 25 titik jalur tikus di Kabupaten Sanggau. Pada observasi tahun 2023, di Kabupaten Kapuas Hulu didapati jalur tikus sebanyak 24 ditambah 3 titik jalur baru.
Kepala BNPP yang juga Mendagri itu mengunjungi PLBN Jagoi Babang untuk melakukan pengecekan final jelang peresmian tapal batas tersebut.
Ia menyebut hasil pengecekan itu nantinya akan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo.
Baca juga:
- Prabowo Terusik Ganjar, Kasus Pelanggaran HAM Disebut Bukan Isu 5 Tahunan tapi Seumur Hidup akan Dipersoalkan
- Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Kolom Abu 600 Meter
- Penetapan Tersangka Firli Bahuri Sah, Polda Metro Minta Hakim Tolak Permohonan Praperadilan
- Anies Kampanye di Pekanbaru: Kampung-kampung Harus Maju Tak Kalah dengan Kawasan Urban
Jagoi Babang menjadi PLBN terakhir yang dia kunjungi di antara lima PLBN yang telah selesai dibangun dan dioperasikan, yakni PLBN Serasan, PLBN Yetetkun, PLBN Napan, dan PLBN Sebatik.
"Ini akan saya sampaikan, terserah nanti Pak Presiden kapan mau meresmikan, kemudian apakah meresmikannya satu-satu yang lima itu atau mungkin juga gelombang dua, berserempak, mungkin juga tiga, dijadikan satu, atau mungkin lima-limanya dijadikan satu," katanya.
Namun, Tito menyebut akan menyarankan hanya PLBN yang paling siap untuk diresmikan secara langsung oleh kepala negara. Salah satu yang paling siap itu, kata dia, adalah PLBN Jagoi Babang.
"Kalau lima-limanya dijadikan satu, saya tentunya akan menyarankan kepada beliau (Presiden Jokowi, red) yang paling siap. Saya lihat, Jagoi Babang salah satu yang paling siap," ujarnya.