Perusahaan Teknologi yang Merumahkan Karyawannya karena COVID-19

JAKARTA - Wabah coronavirus atau COVID-19 tak hanya membuat masyarakat dunia khawatir. Tak sedikit perusahaan dan industri teknologi dunia merumahkan para karyawannya, sebagai langkah antisipasi dari penyebaran virus corona.

Kebijakan ini merupakan langkah awal agar penyebaran COVID-19 tidak semakin meluas akibat berkurangnya aktifitas di luar ruangan. Hanya saja, dengan mengizinkan para karyawan untuk bekerja dari rumah, jelas beberapa perusahaan teknologi yang memiliki bisnis penjualan gawai elektronik akan tersendat.

Dampaknya, beberapa bulan kedepan tidak akan ada pasokan perangkat dari pabrik perngkat ponsel maupun komputer tersebut. Lalu siapa saja perusahaan teknologi yang merumahkan karyawannya?

Sony

Perusahaan teknologi asal Jepang ini, mendesak seluruh karyawannya untuk bekerja di rumah dan menghindari pulang-pergi saat jam sibuk. Sebab, Jepang merupakan salah satu negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di luar China.

Jika ada karyawan Sony yang memilih untuk tetap bekerja di kantor, perusahaan menerapkan jam kerja yang lebih pendek mulai siang hari sampai pukul 15:30.

Samsung

Pabrik smartphone Samsung di Gumi, dekat dengan Daegu, tempat sebagian besar kasus COVID-19 di Korea Selatan telah dikonfirmasi, akan ditutup hingga waktu yang belum ditentukan, untuk sementara dilakukan disinfeksi.

Menurut laporan Samsung, karyawan tersebut dinyatakan positif terkena virus pada 29 Februari. Pihak Samsung menuturkan perusahaan akan menerapkan semua langkah yang dibutuhkan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di perusahaannya, termasuk menyuruh karyawannya bekerja dari rumah jika diperlukan.

Amazon

Pada Januari lalu, Amazon juga sudah melarang para karyawannya untuk berkunjung ke China sampai pemberitahuan lebih lanjut terkait penyebaran COVID-19. Mereka juga menyarankan para karyawan yang baru kembali dari China untuk bekerja dari rumah setidaknya selama dua minggu.

Namun saat ini, Amazon mulai memberlakukan aturan baru terkait perjalanan dinas pegawainya di Amerika Serikat (AS) terkait penyebaran COVID-19 yang semakin meluas.

"Kami meminta para karyawan untuk membatalkan perjalanan yang tak terlalu penting pada masa ini," kata juru bicara Amazon, seperti dikutip dari CNBC.

Pemberitahuan ini disebar oleh Amazon pada Jumat lalu. Dalam kesempatan lain, Dave Clark dari divisi retail operation Amazon, pun mengingatkan karyawannya untuk membatalkan rapat yang membutuhkan perjalanan jauh, setidaknya sampai April mendatang.

Google

Perusahaan Google yang berbasis di Irlandia meminta 8.000 karyawannya bekerja dari rumah. Tentu saja ini bukan eksperimen remote working (bekerja dari rumah) berskala massal, melainkan terpaksa dilakukan karena alasan kesehatan. 

Hal ini dilakukan karena seorang karyawan Google Irlandia dilaporkan mengalami gejala seperti flu, seperti tanda awal seseorang terinveksi virus corona. Sebagai tindakan pencegahan, Google Irlandia pun menghimbau karyawannya bekerja dari rumah.

Kebijakan ini juga belum diketahui sampai kapan akan berlaku. Namun di sisi lain, keputusan tersebut juga bisa berfungsi sebagai semacam uji coba, di mana teknologi raksasa itu ingin melihat apakah karyawannya masih mampu bekerja dengan kapasitas penuh dalam kondisi seperti ini.

Facebook

Berbeda dengan yang lain, Facebook justru tetap membuka kantornya dan akan memerintahkan pegawainya untuk membawa tamu ke kantornya. Selain itu, mereka juga akan melakukan wawancara kerja lewat video conference.

"Kami mengambil langkah untuk mengurangi risiko kepada pegawai kami dari situasi COVID-19 yang mencuat, termasuk menghentikan kunjungan sosial ke seluruh kantor kami secara sementara," kata juru bicara Facebook Anthony Harrison seperti dikutip dari CNBC.

Perusahaan yang berlokasi di Menlo Park, AS ini tetap akan menyambut tamu yang datang ke kantornya untuk urusan bisnis dan rapat. Tapi pengunjung sosial, seperti teman atau keluarga pegawainya, untuk sementara dilarang mengunjungi kantor Facebook.

Twitter

Perusahaan jejaring media sosial Twitter mengimbau sekitar lima ribu karyawannya di seluruh dunia untuk bekerja dari rumah, karena takut memperluas infeksi virus corona novel alias COVID-19. Kebijakan Twitter ini dinilai paling berani dari perusahaan teknologi yang lain. 

Twitter mengatakan bahwa tujuan mereka meminta karyawan bekerja di rumah adalah untuk menurunkan penyebaran COVID-19 di dunia dan di internal perusahaannya. Namun, beberapa perusahaannya di AS masih akan terbuka untuk karyawan yang merasa perlu untuk datang ke kantor.

Dampak dari penyebaran COVID-19 bukan hanya menyoal merumahkan para karyawan yang bekerja di perusahaan teknologi itu, tetapi juga membatalkan acara penting seperti Google dan Microsoft yang  memastikan kalau dua acara konferensi mereka akan dibatalkan, yaitu konferensi Google Cloud Next dan Microsoft MVP Summit.

Cloud Next rencanany akan diadakan di San Francisco, AS pada 6 sampai 8 April, tepatnya di Moscone Center. Sementara MVP Summit sejatinya akan diadakan di Redmond, Seattle, AS. Sebenarnya kedua konferensi tersebut bukan dibatalkan, melainkan diubah menjadi konferensi digital, yang dilakukan secara online

Sebagai informasi, data yang dilaporkan secara realtime menunjukkan jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 92.100 orang dengan angka kematian 2.979 jiwa. Tapi tingkat jumlah pasien yang sembuh memiliki total 42.334 jiwa.