Turki Tegas Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza, Presiden Erdogan: Tidak Menghormati Palestina

JAKARTA - Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan, Turki menolak rencana pembentukan zona penyangga pascaperang di Gaza karena hal itu tidak menghormati warga Palestina, kata Presiden Tayyip Erdogan seperti dikutip pada Rabu.

Berbicara kepada wartawan dalam penerbangan dari Doha, Qatar, Presiden Erdogan mengatakan pemerintahan dan masa depan Gaza setelah perang akan ditentukan oleh rakyat Palestina sendiri.

"Saya bahkan menganggap perdebatan mengenai rencana (zona penyangga) ini tidak menghormati saudara-saudara saya di Palestina. Bagi kami, ini bukanlah rencana yang dapat diperdebatkan, dipertimbangkan, atau didiskusikan," kata kantor Presiden Erdogan mengutip ucapannya, melansir Reuters 6 Desember.

"Gaza adalah milik Palestina. Kami tidak mengakui pembuat keputusan yang mengabaikan keputusan mereka," tegasnya seperti dikutip dari The Times of Israel.

Diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh pada pertemuan kabinet di Ramallah mengatakan, Israel kembali mencoba menduduki Jalur Gaza dan menyusun rencana untuk membangun zona penyangga di wilayah tersebut, sesuatu yang tegas ditolaknya dan menyerukan dunia internasional melakukan hal yang sama.

"Kami menghadapi pendudukan kembali Jalur Gaza dan rencana untuk membangun zona penyangga di dalamnya. Kami sepenuhnya menolak rencana ini dan menyerukan seluruh dunia untuk menolaknya," lapor kantor berita Palestina WAFA mengutip pernyataan perdana menteri, dikutip dari TASS.

"Zona penyangga merusak (struktur) Jalur Gaza, padahal wilayahnya harus diperluas berdasarkan resolusi PBB," tambahnya.

Menurut PM Shtayyeh, luas daerah kantong tersebut dulunya sekitar 555 kilometer persegi, namun saat ini luasnya hanya 364 kilometer persegi.

Lebih jauh, menyerukan Israel untuk menyerahkan kembali wilayah-wilayah yang didudukinya dan mengakhiri permukiman di wilayah-wilayah tersebut, Presiden Erdogan mengatakan, "Israel harus menyingkirkan para teroris – yang dipasarkan ke dunia sebagai pemukim – dari rumah-rumah dan tanah-tanah tersebut, dan memikirkan bagaimana mereka dapat membangun sebuah masa depan yang damai dengan Palestina."

Ankara diketahui dengan tajam mengkritik kampanye militer Israel di Gaza, mendukung solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina dan menjadi tuan rumah bagi beberapa anggota kelompok militan Palestina Hamas.