Spesifikasi Pesawat Latih Super Tucano yang Jatuh di Pasuruan: Didesain Untuk Misi Pengintaian dan Close Air Support
JAKARTA - Sebanyak dua pesawat Super Tucano TNI AU yang berlatih terbang lost contact dan ditemukan jatuh di Pasuruan, Jawa Timur. Pesawat diketahui take off sekitar pukul 10.51 WIB dari Lanud Abd Saleh dan lost contact 11.18 WIB.
Kadispen TNI AU Marsma R Agung Sasongkojati menyebut, ada 4 pesawat Super Tucano TNI AU yang berlatih terbang. Namun dalam latihannya terdapat dua pesawat yang lost contact.
“Korban jiwa belum bisa menyampaikan karena belum dapat instruksi lebih lanjut,” kata Marsma Agung dikutip dari siaran Kompas TV, Kamis, 16 November.
Spesifikasi Super Tucano
EMB-314 Super Tucano merupakan pesawat latih lanjut yang berkemampuan COIN (Counter Insurgency) atau pesawat anti perang gerilya. Dari desainnya, pesawat ini cocok untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak.
Dilansir dari tni-au.mil, Indonesia memiliki 16 pesawat EMB-314 Super Tucano yang dibeli dari Brasil pada 2012 lalu. Armada baru ini bertugas menggantikan pesawat OV-10F Bronco yang kini telah di grounded karena usianya yang tua.
EMB-314 Super Tucano terdiri dari dua versi, tipe A-29ALX (kursi tunggal) dan AT-29B (kursi ganda). Khusus versi kursi ganda juga dapat digunakan sebagai elemen pesawat latih lanjut, dan versi inilah yang dimiliki oleh TNI AU.
Mengutip Indomiliter.com via tni-au.mil, EMB-314 Super Tucano merupakan hasil pengembangan pesawat latih EMB-312 Tucano yang dirilis pertama kali oleh Embraer pada tahun 1983. EMB-314 Super Tucano sendiri baru diluncurkan pada tahun 1992.
Mengemban tugas yang multi role, dengan penekanan pada serangan ke permukaan, menuntut pesawat bermesin Pratt & Whitney Canada PT6A-68C Turbo Propeller ini punya kemampuan manuver yang lincah. Dari parameter gravitasi, EMB-314 Super Tucano sanggup menahan gaya gravitasi maksimum hingga +7g dan -3.5g.
Pesawat ini dibekali sistem perlindungan proteksi untuk kabin awaknya. Kabin pilot dilindungi bahan baja kevlar pada sekeliling kokpit. Untuk keselamatan, pilot dilengkapi kursi lontar Martin Baker dengan pola zero-zero.
Sistem buka tutup kanopi dapat diaktifkan secara elektrik. Soal kekuatan kaca kokpit, mampu menahan benturan burung pada kecepatan 300 knot.
Elemen perlindungan ‘lebih’ pada ruang kokpit memang wajar untuk pesawat dengan misi COIN. Pasalnya, pesawat dengan ketinggian terbang rendah dan kecepatan terbatas, kerap bodi pesawat harus siap dalam menerima timah panas yang ditembakkan lawan di darat.
Persenjataan
Sebagai pesawat COIN, sistem senjata internal mutlak hadir di EMB-314 Super Tucano. Elemen organiknya adalah dua buah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm jenis FN Herstal M3P yang ditempatkan di setiap sayapnya.
Sedangkan dari sisi eksternal, EMB-314 Super Tucano mempunyai lima cantelan yang diposisikan pada sisi sayap kiri dan kanan (masing-masing dua cantelan) dengan maksimum 250Kg.
Sedangkan cantenal utama terletak di bawah badan pesawat dengan kapasitas angkuta maksimum 350Kg. Alhasil total maksimum senjata yang bisa dibawa mencapai 1.550Kg.
Koleksi senjata yang bisa dibawa seperti bon jenis MK-81/MK-82, bom cluster, rocket pod FFAR, dan rudal berpemandu laser, sekelas Maverick. Untuk menghadapi duel di udara, EMB-314 Super Tucano juga dapat membawa rudal anti pesawat jenis AIM-9L Sidewinder atau MAA-A1 Piranha.
Pesawat ini juga dilengkali sistem pertahanan diri yang terdiri dari RWR (Radar Warning Receiver), MAWS (Missile Approach Warning System), dan chaff/ flare dispenser.
Baca juga:
- Ada 4 Pesawat Super Tucano Berlatih Formasi dari Malang, 2 Lost Contact Pukul 11.18 di Pasuruan
- Sempat Terjadi Ledakan Saat Pesawat TNI AU dalam Posisi Jatuh di Pasuruan
- KSAU Sebut Ada 2 Pesawat Super Tucano TNI Jatuh di Pasuruan
- KPK Ungkap Alasan Firli Teken Lagi Surat Pencarian dan Penangkapan Harun Masiku
Serupa dengan jet tempur modern, EMB-314 Super Tucano juga dibekali sistem FLIR (Forward Looking Infrared), mengadopsi tipe StarSAFIRE III yang ditempatkan di bawah bodi pesawat. Dengan FLIR memungkinkan awak membidik sasaran, navigasi, dan identifikasi. Sistem ini juga memungkinan pengawasan dan penyerangan baik saat siang dan malam hari, serta sanggup menghadapi segala kondisi cuaca.