JAKARTA – Dua pesawat Super Tucano jatuh di Pasuruan, Jawa Tengah pada Kamis, 16 November. Pesawat ini sedang digunakan untuk latihan formasi rutin menurut konfirmasi dari pihak TNI AU.
Kadispen AU Marsma Agung Sasongkojati, dikutip dari Detiknews, mengatakan bahwa pesawat itu terbang dalam kondisi baik dan tidak ada masalah. Namun, pada pukul 11.18 WIB, mereka kehilangan kontak dari salah satu pesawat.
Kabarnya, pesawat yang jatuh pada pukul 12.00 WIB itu bernomor ekor TT-1311 dan TT 1303. Keduanya jatuh setelah bertabrakan di kawasan Gunung Bromo. Belum diketahui penyebab dari tabrakan kedua pesawat ini, tetapi penyelidikan sedang dilakukan.
Pesawat Super Tucano merupakan pesawat tempur turboprop yang dibuat oleh Embraer, perusahaan penerbangan asal Brasil. Pesawat ini digunakan sesuai tujuan perancangannya, yaitu untuk misi serangan ringan, dukungan udara dekat, dan pelatihan tempur.
Pesawat ini memiliki panjang 11,38 meter dengan lebar sayap 11,14 meter dan tinggi 3,97 meter. Pesawat dengan nama resmi Embraer EMB 314 Super Tucano ini menggunakan mesin Pratt & Whitney Canada PT6A-68C turboprop dengan daya dorong sekitar 1.600 shaft horsepower.
BACA JUGA:
Super Tucano mampu terbang dengan kecepatan maksimum sekitar 590km/jam dan kecepatan ekonomis sekitar 520km/jam. Pesawat yang bisa menampung berbagai senjata seperti roket udara, bom napalm, bom pandu, hingga rudal ini memiliki jarak tempuh hingga 4.820 kilometer.
Agar bisa ditunggangi, pesawat ini memiliki kokpit ganda atau dual-seat untuk pelatihan dan misi serangan. Pesawat ini juga dihiasi berbagai sistem seperti navigasi terintegrasi, radar cuaca, pemandu rudal, perlindungan elektronik, dan komunikasi yang canggih.
Sesuai dengan kegunaannya, yaitu untuk bertempur, Super Tucano menggunakan kaca kokpit tahan perluru. Badannya juga mampu bertahan dalam kondisi medan perang yang keras untuk melindungi pilotnya.
Sebagai informasi, Super Tucano banyak digunakan oleh angkatan udara dari berbagai negara di seluruh dunia. Pesawat ini juga umum digunakan dalam operasi militer saat terjadi konflik atau posisi keamanan negara sedang terancam.