Data Inflasi AS Mereda, Rupiah Diproyeksikan Menguat Tipis

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada hari Kamis 16 November 2023 diperkirakan akan kembali menguat tipis lantaran data inflasi indeks harga konsumen utama (CPI AS) sesuai ekspetasi pasar.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu 15 November, Kurs rupiah spot menguat tipis 1,02 persen ke Rp15.534 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor naik 1,25 persen secara harian ke level harga Rp15.503 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyampaikan, data inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS tumbuh lebih rendah dari perkiraan pada bulan Oktober, sehingga mendorong spekulasi bahwa The Fed akan memiliki sedikit dorongan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut.

"Inflasi yang stagnan telah menjadi tantangan utama bagi The Fed dalam mempertahankan sikap hawkishnya, terutama setelah inflasi meningkat lebih dari perkiraan pada bulan Agustus dan September. Angka tersebut masih berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen pada bulan Oktober," Ujarnya dalam keterangannya, Kamis 16 November.

Mengingat The Fed memberi isyarat kenaikan suku bunga di masa depan sebagian besar akan bergantung pada jalur inflasi, pembacaan bulan Oktober mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga.

Namun, suku bunga AS kemungkinan akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Selain itu, aktivitas ekonomi Tiongkok pada bulan Oktober meningkat karena output industri tumbuh lebih cepat dan pertumbuhan penjualan ritel melebihi ekspektasi, sebuah tanda yang menggembirakan bagi perekonomian terbesar kedua di dunia.

Ditambah dengan suntikan likuiditas besar-besaran sebesar 600 miliar yuan atau 83 miliar dolar AS oleh Bank Rakyat Tiongkok juga meningkatkan sentimen, di tengah tanda-tanda ketahanan ekonomi terbesar di Asia

Ibrahim menyampaikan, Neraca Perdagangan Indonesia periode Oktober 2023 sesuai ekspetasi pasar dengan mengalami surplus sebesar 3,48 miliar dolar AS.

Surplus ini lebih tinggi dibandingkan September 2023 yang mencapai 3,42 miliar dolar AS.

Surplus ini ditopang oleh ekspor yang lebih tinggi senilai 22,15 miliar dolar AS, sementara impor 18,67 miliar dolar AS.

Dengan neraca perdagangan kembali surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 42 bulan beruntun.

Surplus 42 bulan terakhir di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyamai pencapaian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Surplus perdagangan pernah mencapai 42 bulan di era SBY yakni Oktober 2004 hingga Maret 2008.

Sebelumnya, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III-2023 turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan III 2023 tercatat sebesar 393,7 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada akhir triwulan

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Kamis 16 November dalam rentang harga Rp15.490- Rp15.570 per dolar AS.