Pergerakan Kripto Masih Dibayangi Aksi Profit Taking Jelang Data Inflasi AS
JAKARTA - Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha menyampaikan pergerakan Bitcoin (BTC) dan Alternative coin (altcoin) masih akan dibayangi oleh aksi para investor yang ramai melakukan aksi profit taking jelang pengumuman data inflasi Amerika Serikat (AS) nanti malam, Selasa November, 14 November.
Adapun pada minggu ini terdapat berbagai data ekonomi AS, termasuk Consumer Price Index (CPI), penjualan ritel, dan Producer Price Index (PPI).
CPI bulan Oktober menurut konsensus diprediksi turun menjadi 3,3 persen yoy turun dari 3,7 persen yoy di bulan September.
Namun, CPI inti bulan Oktober (tidak termasuk makanan dan energi) diperkirakan tidak akan berubah dari bulan September sebesar 4,1 persen yoy.
Panji menyampaikan, pada pekan ini terlihat para investor melakukan aksi profit taking dan risk off sembari menunggu rilis data ekonomi Amerika Serikat.
Selain itu, hasil serangkaian data ekonomi juga dapat mempengaruhi sentimen investor dan dinamika pasar yang sering mempengaruhi strategi investasi di berbagai jenis aset digital.
“Selain data ekonomi, komunitas kripto juga menantikan bagaimana keputusan atau tanggapan SEC terhadap ETF Bitcoin spot melihat pekan ini,” kata Panji dalam siaran pers, Selasa 14 November.
Panji menyampaikan peristiwa penting pada sepekan terakhir yang menjadi sorotan adalah pendaftaran BlackRock atas Ethereum iShares Trust di Delaware. BlackRock telah mengkonfirmasi rencananya untuk meluncurkan exchange-traded fund (ETF) Ethereum melalui pengajuan formulir 19b-4 kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) pada Kamis 9 November.
"Hal tersebut menunjukan minat institusional terhadap kripto belum selesai di tengah aksi manajer investasi ternama yang telah mengajukan ETF Bitcoin spot dalam 6 bulan terakhir," Jelasnya.
Panji mencermati berita ETF Blackrock telah memicu pergerakan pasar kripto pada Kamis 9 November sehingga menyebabkan harga Bitcoin melonjak mendekati harga 38,000 dolar AS untuk pertama kalinya dalam 18 bulan terakhir, sementara Ethereum melampaui 2,100 dolar AS dimana terakhir dicapai pada April lalu.
Selain itu, sebagian besar altcoin juga melonjak pesat dalam sepekan terakhir dampak dari kabar tersebut, seperti Solana (SOL), Avalanche (AVAX) dan Polygon (MATIC) kompak melesat lebih dari 20 persen dalam sepekan terakhir.
Panji mengatakan, perkembangan kripto di Asia terus berlanjut di antaranya Hong Kong menunjukkan aktivitas yang signifikan.
Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong mengeluarkan panduan untuk perdagangan produk investasi dengan tokenisasi, yang menunjukkan sikap hati-hati dan progresif dalam mengintegrasikan kripto ke dalam kerangka keuangan.
Selanjutnya, SEBA Bank di Hong Kong mendapatkan lisensi untuk layanan kripto. Sementara UBS Group mengizinkan klien Hong Kong memperdagangkan ETF kripto berjangka (futures).
Ini mencerminkan peningkatan adopsi kripto di wilayah tersebut.
Panji meyakini setelah melihat lonjakan harga Bitcoin yang hampir mencapai 38.000 dolar AS pekan lalu, saat ini BTC berpotensi bergerak di area support sekitar 35.000 dolar AS-36.000 dolar AS.
Jika mampu bertahan di kisaran tersebut, BTC berpeluang kembali naik ke kisaran 38.000 dolar AS, dengan target selanjutnya di 40.000 dolar AS.
Baca juga:
Di sisi lain, jika terjadi breakdown di bawah 35.000 dolar AS, penurunan BTC berpotensi menuju 33.500 dolar AS
Sementara itu, Panji menyampaikan, Ethereum (ETH) memiliki peluang untuk melanjutkan reli ke level harga 2.200 dolar AS - 2.500 dolar AS jika tetap di atas level psikologis support di 2.000 dolar AS.
Menurut Panji dalam sepekan terakhir, mayoritas altcoin mencapai harga tertinggi tahun ini, sehingga pergerakan altcoin selanjutnya bergantung pada perubahan tren Bitcoin.
“Trader diharapkan bersiap dengan stoploss untuk mengurangi risiko kerugian jika terjadi penurunan Bitcoin,” tutup Panji.