LaNyalla Bicara Keris yang Sering Disakralkan, Dukung atau Tolak?
SURABAYA - Bagi Ketua DPD AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, keris adalah jati diri bangsa Indonesia karena sudah ada sejak ribuan tahun lalu seiring dengan perkembangan peradaban bangsa dan tertulis dalam banyak prasasti.
"Tidak sedikit sejarawan yang telah melakukan penelitian dan penulisan tentang keris di Nusantara ini. Dan keberadaan keris di Nusantara dapat dibuktikan secara arkeologis melalui sejumlah prasasti yang ditemukan," kata LaNyalla ketika membuka Pameran Seni Tosan Aji Reinkarnasi Majapahit.
Setidaknya, lanjut LaNyalla, ada 11 prasasti yang dibuat antara abad VII hingga IX masehi, yang meriwayatkan keberadaan keris Nusantara ini. Mulai dari Prasasti Tukmas di tahun 842 masehi, hingga Prasasti Sanggaran di tahun 928 masehi.
"Oleh karena itu, keputusan UNESCO yang menetapkan keris Indonesia sebagai Karya Agung Warisan Kemanusiaan pada tahun 2005 silam, sudah tepat," ujar dia lagi dalam acara yang diselenggarakan Yayasan Keluargi Ageng Condro Budaya Aji Nuswantara di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Rabu 8 November.
Sementara terkait keris yang sering disakralkan, LaNyalla yang merupakan Ketua Dewan Pembina Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) itu mengingatkan agar cermat dalam memandang. Menurut LaNyalla, setiap benda bisa membawa manfaat, bisa membawa mudharat.
"Allah SWT sudah mengingatkan kita. Bahwa iblis dan syaitan akan terus berusaha membelokkan kita ke dalam kemusyrikan sampai hari kiamat nanti. Salah satunya bisa melalui benda-benda yang diagungkan oleh manusia. Bukan hanya keris. Bisa apa saja," tutur Senator asal Jawa Timur itu.
Bagi LaNyalla sebagai pribadi pelestari dan kolektor keris, dia menyadari setiap benda memiliki unsur yang terdiri dari molekul. Semua molekul itu bisa mengandung unsur positif, juga bisa negatif. Tergantung bagaimana situasi dan kondisi.
"Sebagai muslim, saya meyakini firman Allah dalam Al-Quran yang menyebutkan bahwa alam dan isinya berzikir kepada Allah SWT. Pohon, tumbuhan, gunung, bahkan batu sekalipun. Artinya ada gerakan molekul di dalamnya. Begitu juga dengan keris pusaka. Yang rata-rata dibuat dari batuan meteorit itu," papar pemilik 3000-an keris itu.
Baca juga:
Dijelaskannya, ada tiga unsur penting dari keris pusaka. Pertama, bahan, kedua adalah pembuatnya atau empunya dan yang ketiga yaitu pemegangnya. Kalau ketiganya positif, maka keris tersebut juga bagus. Itulah yang disebut keris ber-Yoni.
"Namun yang paling penting, kita atau manusialah yang menguasai benda itu. Artinya, keris semata sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Persis seperti Firman Allah SWT di Surat Al-Hadid, ayat 25, yang mengatakan bahwa Allah menurunkan besi sebagai penolong, dalam membela agama Allah," tegas dia.
Sementara itu dalam sambutannya Andi Budi Sulistiyanto (Gus Andi), Ketua Panitia Pameran mengatakan masyarakat Jawa Timur, baik pejabat maupun rakyatnya tidak boleh melupakan sejarah Majapahit. Mengingat Jawa Timur mendapatkan warisan peradaban berupa nilai-nilai dan simbol-simbol luar biasa dari keberadaan Majapahit.
Mewakili Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), Agung Wisnu menyampaikan penghormatan kepada LaNyalla. Atas arahan LaNyalla, menurut Agung, kini telah hadir Lembaga Sertifikasi Profesi Perkerisan Indonesia.
"Sekitar tahun 2020 saya pernah bicara kepada Pak LaNyalla, kalau di bidang perkerisan butuh lembaga profesi sertifikasi perkerisan. Saya kemudian dipertemukan dengan lembaga sertifikasi Kadin Jatim, setelah melalui beberapa proses kini sudah ada Lembaga Sertifikasi Profesi Perkerisan dan sudah masuk di BNSP," tuturnya.