Elektabilitas Prabowo-Gibran Diprediksi Terpuruk Buntut Anwar Usman Langgar Etik Berat
JAKARTA - Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti memprediksi elektabilitas pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka semakin terpuruk menyusul dicopotnya Anwar Usman dari jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK).
“Situasi ini akan menambah beban negatif bagi pasangan Prabowo-Gibran. Di tengah stagnasi elektabilitas pasangan ini, bahkan punya kecenderungan turun," ujar Ray Rangkuti kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 8 November.
Putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) menyatakan Anwar Usman terbukti melanggar etik berat terkait konflik kepentingan dalam putusan MK soal syarat usia capres-cawapres diubah jadi 40 tahun atau telah berpengalaman jadi kepala daerah. Putusan MK itu disebut-sebut menguntungkan dan memberi peluang bagi Gibran Rakabuming Raka untuk maju dalam Pilpres 2024.
"Putusan tersebut juga akan berdampak bagi melekatnya cap pasangan dinasti atau nepotis bagi mereka," ujar Ray.
Baca juga:
- Soal Konflik Kepentingan di MK, Anwar Usman Seret Nama Jimly, Mahfud MD hingga Saldi Isra
- Bobby Ditanya KTA PDIP: Pokoknya Siap Menangkan Prabowo-Gibran
- Sempat Singgung Unsur Politis, Johnny G Plate Tetap Divonis 15 Tahun Penjara di Kasus Korupsi BTS 4G
- Sebut Prabowo-Gibran Ada di Hati, Bobby Nasution: Mudah-Mudahan 'Aman Ini Barang Pak'
Menurut Ray, karpet merah yang diberikan ke Gibran memiliki dampak elektoral dan politis yang besar.
Dia bilang, Gibran yang disebut representasi kesempatan anak muda di dunia politik, justru diserang isu dinasti politik yang hanya menguntungkan orang dalam keluarga Presiden Jokowi.
“Akan makin menyulitkan mereka meyakinkan pemilih, khususnya di kalangan kaum muda, bahwa keputusan itu penting bagi pelibatan partisipasi kaum muda dalam kepemimpinan nasional. Gejala penolakan terhadap dinasti politik terlihat semakin menguat,” kata Ray.