Rupiah Diprediksi Menguat Pada Perdagangan Jumat 3 November, Didorong Sentimen Positif Domestik
JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah pada hari Jumat 3 November 2023 diperkirakan akan menguat didorong sentimen positif domestik.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis 2 November, di pasar spot menguat 0,51 persen ke level Rp15,855 per dolar AS.
Selanjutnya, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga kompak menguat 0,53 persen menuju level Rp15,861 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi domestik pada Oktober 2023 tercatat sebesar 2,6 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Adapun inflasi pada periode tersebut meningkat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di mana inflasi tercatat sebesar 2,28 persen yoy.
"Kenaikan inflasi utamanya dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan, termasuk cabai rawit, beras, dan bawang merah, akibat musim kemarau yang berkepanjangan karena El Nino. Di samping itu, inflasi Oktober 2023 dipengaruhi oleh kenaikan harga bensin non-subsidi seiring dengan naiknya harga minyak dunia," jelasnya dalam keterangannya, Jumat 3 November.
Sejalan dengan itu, inflasi inti pada Oktober 2023 melanjutkan tren penurunan, yang tercatat sebesar 1,9 persen yoy.
Perkembangan inflasi inti ini sejalan dengan melandainya pertumbuhan biaya input, terutama di sektor manufaktur.
Menurut Ibrahim, pada saat yang sama, ekspansi sektor manufaktur telah menunjukkan tanda-tanda pelemahan, terlihat dari penurunan angka PMI Manufaktur yang sebesar 51,5 pada Oktober 2023, dibandingkan dengan 52,3 pada bulan sebelumnya.
Dengan perkembangan hingga Oktober 2023, ibrahim memperkirakan laju inflasi akan terjaga di bawah tingkat 3 persen pada akhir 2023.
Rendahnya inflasi dipengaruhi oleh low base effect dari penyesuaian harga BBM bersubsidi pada tahun lalu, serta dampak ringan dari El Nino terhadap harga pangan bergejolak di dalam negeri.
"Dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir ini, saya perkiraan inflasi umum akhir tahun sebesar 2,7 persen, jauh di bawah target atas Bank Indonesia," Jelasnya.
Di sisi lain, konflik geopolitik masih menimbulkan ketidakpastian dan menimbulkan risiko terhadap perkiraan inflasi tersebut.
Baca juga:
Ibrahim menambahkan, kenaikan harga minyak, yang didorong oleh konflik geopolitik, masih berisiko memicu lonjakan inflasi domestik jika harga minyak global melebihi 120 dolar AS per barel dan pemerintah harus menyesuaikan harga bahan bakar bersubsidi di dalam negeri.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat 3 November dalam rentang harga Rp15.800- Rp15.890 per dolar AS.