Populasi Orangutan Diklaim Tumbuh 17 Persen Berkat Hutan Lestari Kalimantan
JAKARTA - Praktik pengelolaan hutan lestari di kawasan konsesi perusahaan di Kalimantan Timur menumbuhkan populasi orangutan sebesar 17 persen, berdasarkan data pantauan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
Data tersebut menunjukkan populasi orang utan di konsesi perusahaan yang didampingi YKAN di Kalimantan Timur meningkat dari 508 ekor pada tahun 2018 menjadi 605 ekor pada 2022.
"Peningkatan populasi orang utan ini terjadi di wilayah konsesi perusahaan PT Gunung Gajah Abadi Samarinda yang telah menerapkan praktik pengelolaan hutan lestari," kata Direktur Program Terestrial YKAN Ruslandi dilansir ANTARA, Kamis, 2 November.
Ruslandi menjabarkan peningkatan populasi orang utan di konsesi perusahaan tersebut merupakan hasil dari upaya pengelolaan hutan berkelanjutan.
Upaya ini meliputi, pengembangan perangkat self assessment, monitoring biodiversity, penanganan konflik masyarakat dengan hewan liar, perusahaan-masyarakat dan serta penerapan pembalakan rendah emisi.
"Survei tidak bisa satu kali minimal dilakukan tiga kali dalam setahun karena untuk orangutan jumlahnya berkali lipat," kata Ruslandi.
Menurut Ruslandi penerapan pembalakan rendah emisi atau RIL-C dalam praktik hutan lestari juga turut berkontribusi meningkatkan populasi spesies yang dilindungi tersebut.
Baca juga:
Penerapan RIL-C meminimalisasi kerusakan hutan dengan cara menghindari penebangan pohon berlubang, mengatur arah rebah pohon, mengurangi kerusakan pohon besar, dan meminimalkan luas-an jalan angkut.
"Bahkan sisi lainnya juga menurunkan emisi karbon sebanyak 130.750 ton CO2e atau bisa 0,017 persen yang membantu pemerintah mengurangi emisi karbon berdasarkan penelitian dengan BRIN sebagai kunci utama dari praktik RIL-C," kata dia.
YKAN bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur untuk mengintegrasikan implementasi RIL-C ke dalam program kerja Dinas Kehutanan setempat.
YKAN juga memberi pendampingan teknis kepada 27 perusahaan kayu pemegang IUPHHK di Kalimantan Timur dalam mendapatkan sertifikat PHPL dan sertifikasi internasional Forest Stewardship Council (FSC).
"Kami berharap peningkatan populasi orang utan dan emisi karbon ini dapat menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain untuk menerapkan praktik pengelolaan hutan lestari dan RIL-C," ujar Ruslandi.