2 Bulan Berjibaku Padamkan Karhutla di Desa Jungkal Sumsel, Manggala Agni Perlu Atur Waktu Sesuai Tiupan Angin

JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, proses pemadaman hutan dan lahan (karhutla) di Desa Jungkal, Kecamatan Pampangan, Sumatera Selatan, olhe Manggala Agni telah berlangsung dua bulan. 

Sejumlah tantangan mulai dari lahan gambut dengan kedalaman lebih dari tiga meter, kondisi gambut yang lebih kering akibat kemarau panjang, bahan bakar yang tersedia melimpah, kabut asap yang membatasi jarak pandang, angin serta terbatasnya sumber air menjadi kendala dalam pemadaman.

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Wilayah Sumatra Ferdian Krisnanto mengatakan, petugas juga perlu mengatur waktu pemadaman sesuai tiupan angin. 

Operasi pemadaman dilakukan saat pagi hari sebelum jam 10 dan sore hari, karena kondisi angin lebih kondusif dibandingkan siang hari.

"Strategi yang diterapkan sejak awal operasi pemadaman dengan memberlakukan personel Manggala Agni menginap di dekat lokasi karhutla," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Antara, Kamis, 2 November.

KLHK menyatakan, lokasi karhutla di Desa Jungkal merupakan sambungan atau rambatan dari kebakaran di Desa Cinta Jaya, Kecamatan Pedamaran, yang sebelumnya telah dilakukan pemadaman juga selama satu bulan.

Lokasi itu adalah satu hamparan areal yang terbagi menjadi beberapa titik kebakaran hutan dan lahan.

“Lokasi karhutla itu berada di areal PT Waringin Agri Jaya yang sekarang statusnya sudah pailit,” kata Ferdian.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Thomas Nifinluri berpesan agar Manggala Agni tetap menjaga kesehatan, menjaga kekompakan, dan saling memperkuat empati di antara sesama tim.