Ada Skeptis di Perjamuan Makan Siang

JAKARTA - Majunya Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo Subianto akan mendapatkan dukungan dari Jokowi sebagai orang tuanya. Di dunia demokrasi hal seperti ini merupakan sesuatu yang sangat biasa. Namun sebagai presiden, Jokowi harus mampu menjamin netralitas jajaran di bawahnya meski anaknya menjadi salah satu kandidat cawapres.

Dukungan politik Jokowi mungkin sudah bisa dipastikan akan memilih pasangan Prabowo - Gibran dalam Pilpres 2024. Sebagai sosok politisi yang memulai karir politiknya dari bawah dan selalu menang di setiap kontestasinya, Jokowi tentu memiliki strategi yang sulit untuk ditebak oleh lawan politiknya.

Salah satunya dengan mengundang tiga kandidat calon presiden ke delapan untuk makan siang bersama di istana. Berbagai persepsi politik akan pertemuan itu lahir seketika meski Jokowi sudah menjelaskan dirinya sebagai presiden akan netral dan tidak memihak kepada salah satu pasangan calon (paslon). Di dalam jamuan makan siang itu, posisi duduk Anies Baswedan yang berseberangan dengan Jokowi seakan menguatkan pendapat pasangan Amin ini menjadi anti tesa dari Jokowi.

Sementara untuk posisi duduk dari Prabowo Subianto yang berada di sebelah kiri dan Ganjar Pranowo di sebelah kanan seakan mengisyaratkan ke dua capres ini merupakan orang-orang dari Jokowi. Namun bagi kalangan kritisi, pertemuan Jokowi dengan tiga kandidat capres itu merupakan bagian dari basa-basi politik.

Direktur Institute Riset Indonesia Dian Permata mengatakan persoalan duduk para kandidat capres yang diajak makan siang bersama di istana justru memberikan pesan khusus kepada Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto bahwa Jokowi sangat memperhatikan Anies Baswedan. Hal ini berdasarkan posisi duduk Anies Baswedan yang berada tepat di depan Jokowi.

"Dalam pertemuan makan siang kemarin, pesan yang diberikan selain normatif yang sudah diketahui publik, Jokowi seakan ingin menegaskan dirinya saat ini masih menduduki posisi kepala negara di depan ketiga kandidat tersebut," kata Dian Permata kepada VOI melalui sambungan telepon, Selasa, 31 Oktober.

Pesan politik lainnya dari Jokowi sebagai kepala negara kepada Anies seakan menegaskan jika dirinya tidak mengganggu proses pencalonan dan pendaftaran pasangan calon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Masyarakat Indonesia tentu tidak akan lupa kasus 'kardus durian' yang diduga kuat melibatkan Muhaimin Iskandar yang saat ini menjadi cawapres dari Anies Baswedan.

Caption

"Jokowi seakan ingin mengingatkan kepada Anies Baswedan bahwa dirinya sebagai kepala negara tidak ingin mengganggu meski KPK itu langsung di bawahnya. Sekaligus menegaskan kepada Anies tetap mendapatkan perhatian penuh dari Jokowi meski disebut-sebut sebagai anti tesa," katanya kepada VOI.

Posisi duduk Ganjar yang di sebelah kanan Jokowi seakan ingin mengisyaratkan dukungan tetap akan diberikan penuh kepada paslon yang didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Isyarat dukungan Jokowi tidak pudar ke Ganjar sebagai perwakilan dari PDIP dikuatkan dengan tidak adanya pimpinan lembaga negara yang berasal dari partai berlambangkan banteng moncong putih yang diganti atau digeser pada reshufle kabinet kemarin.

Dian menyebutkan sosok presiden ketujuh ini merupakan orang yang ahli strategi. Dia beralasan semua bisa dilihat dari runtutan peristiwa politik dalam dua tahun terakhir. Dan terakhir salah satu strategi politik Jokowi itu bisa dilihat di putusan MK yang seakan-akan mendukung serta meloloskan Gibran Rakabuming Raka menjadi kandidat cawapres dari Prabowo Subianto.

"Dalam putusan MK diawal ditolak usia cawapres di bawah 40 tahun, namun diakhir justru dikabulkan batas usia dengan ditambahkan syaratnya asal pernah menduduki posisi kepala daerah. Dan semua masyarakat di Indonesia terkena prank kan? Meski kemenangannya kemarin hanya 55 persen dan kalah dari SBY yang sampai 67 persen, namun di urusan strategi, Jokowi itu jago," kata Dian permata.

Sumber VOI di istana menyebutkan pertemuan makan siang Jokowi dengan tiga kandidat calon presiden juga mengisyaratkan saat ini dirinya masih berkuasa penuh sebagai kepala negara dan meminta kepada ketiga kandidat capres untuk meneruskan program kerja dirinya untuk Indonesia lebih maju usai lengser di bulan Oktober 2024 nanti.

"Pertemuan itu menegaskan kepada ketiga kandidat untuk tetap meneruskan legacy program kerja untuk membangun Indonesia lebih maju lagi ke depannya," kata sumber tersebut.

Sumber itu mengatakan untuk tidak salah membaca langkah politik dari Jokowi. Meski nanti Jokowi akan mendukung pasangan calon Prabowo - Gibran bukan berarti paslon itu pasti dimenangkan. "Gibran itu sedang dipersiapkan untuk menjadi Gubernur DKI. Dasarnya Jokowi itu pengusaha, dan pola pikirnya daripada tabur dua lebih baik tabur tiga kan," katanya.

"Sekali lagi jangan sampai salah membaca. Kondisi negara paska putusan MK yang menimbulkan dugaan nepotisme dan kolusi yang berpotensi mengganggu pesta demokrasi dijamin tidak akan terjadi. Semua masih sesuai rencana dan kontrol Jokowi. Tujuannya satu menjalankan semua program kerja yang saat ini sudah atau sedang berlangsung, " kata sumber tersebut.

Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera, Mardani Ali Sera mengungkapkan pertemuan Jokowi dengan ketiga kandidat capres untuk makan siang di istana sangat wajar jika ada yang menilai aksi bersih-bersih nama Jokowi di panggung pemilu sebelum lengser.

"Sesuatu yang wajar jika ada yang menilai pertemuan itu aksi cuci piring, usai putusan MK memuluskan anak beliau jadi cawapres. Mungkin saja beliau ingin membersihkan citranya menjadi seorang negarawan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Rabu, 1 November.

Namun begitu Ketua DPP PKS ini mengajak publik untuk tetap berbaik sangka dan menyaksikan bersama langkah selanjutnya Jokowi terutama dalam netralitasnya sebagai negarawan.

"Netralitasnya beliau kita saksikan saja bersama, dalam hal ini sikap aparat, penggunaan anggaran, pernyataan dari sebuah kebijakan dan seluruh perangkat negara yang ada apakah akan dikerahkan untuk memenangkan satu pasang calon tertentu," katanya.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara Anas Urbaningrum juga ikut bersuara dalam akun sosial media tentang pertemuan makan siang Jokowi dengan ketiga kandidat capres di istana. Menurut Anas, ada skeptis dalam pertemuan makan di istana.

"Ada skeptis melihat ini sebagai sekadar panggung depan yang dibikin indah. Itu wajar dan tentu punya basis argumentasi. Tetapi demikian, “diplomasi maksi” ala Pak Jokowi ini tetap menghadirkan faedah untuk relaksasi. Setidaknya secara simbolik cukup kuat," tandasnya.