Halloween: Berawal Hari Raya Bangsa Celtic Kuno Hingga Jadi Program UNICEF

JAKARTA – Saat ini di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sedang tren peringatan Halloween. Sebenarnya apa itu Halloween dan sejak kapan dijadikan sebuah perayaan?

Halloween, singkatan dari All Hallows’ Eve, hari libur yang diperingati pada tanggal 31 Oktober, malam sebelum hari All Saints atau All Hallows.

Perayaan ini menandai hari sebelum hari raya All Saints versi Kristen Barat dan memulai musim Allhallowtide, yang berlangsung selama tiga hari dan diakhiri dengan All Soul’s Day. Di sebagian besar Eropa dan sebagian besar Amerika Utara, perayaan Halloween bersifat non-religius.

Asal Muasal

Halloween berawal dari festival Samhain dalam kalangan Bangsa Celtic di Skotlandia dan Irlandia kuno. Pada hari yang bertepatan dengan tanggal 1 November dalam kalender kontemporer, diyakini sebagai awal tahun baru. Tanggal tersebut dianggap sebagai awal musim dingin, ketika ternak-ternak dilepaskan ke padang rumput dan kepemilikan lahan diperbaharui.

Selama festival Samhain, arwah orang yang meninggal diyakini akan kembali mengunjungi rumah mereka. Mereka yang meninggal pada tahun tersebut diyakini akan melakukan perjalanan ke dunia lain.

Orang-orang menyalakan api unggun di puncak bukit untuk menyalakan kembali perapian mereka di musim dingin dan untuk menakut-nakuti roh jahat. Terkadang mereka mengenakan topeng dan penyamaran lainnya agar tidak dikenali oleh hantu yang diduga hadir.

Dengan cara itulah makhluk seperti penyihir, goblin, peri, dan setan diasosiasikan dengan hari itu. Periode ini juga dianggap menguntungkan untuk ramalan mengenai hal-hal seperti pernikahan, kesehatan, dan kematian.

Paus Bonifasius IV. (Wikimedia Commons)

Ketika Bangsa Romawi menaklukkan Bangsa Celtic pada abad ke-1 M, mereka menambahkan festival mereka sendiri yaitu Feralia untuk memperingati arwah orang mati, dan Pomona yang merupakan hari raya Dewi Panen.

Pada abad ke-7 M Paus Bonifasius IV menetapkan hari All Saints, awalnya pada tanggal 13 Mei, menjadi 1 November. Tindakan itu disebutkan sebagai upaya untuk menggantikan hari raya kafir menjadi perayaan Kristen hingga sekarang. Malam sebelum hari All Saints menjadi malam yang suci, yang sekarang di kenal sebagai Halloween.

Pada akhir Abad Pertengahan, hari-hari sekuler dan hari-hari suci telah menyatu. Reformasi pada dasarnya mengakhiri hari raya keagamaan di kalangan Protestan, meskipun di Inggris khususnya Halloween tetap dirayakan sebagai hari libur sekuler.

Merambah Amerika dan Dunia

Bersamaan dengan perayaan lainnya, Halloween sebagian besar dilarang di kalangan penjajah Amerika awal, meskipun pada tahun 1800-an berkembang festival yang menandai panen dan memasukkan unsur Halloween. Ketika sejumlah besar imigran, termasuk orang Irlandia, pergi ke Amerika Serikat mulai pertengahan abad ke-19, mereka membawa serta kebiasaan Halloween.

Pada abad ke-20 Halloween menjadi salah satu hari libur utama AS, khususnya di kalangan anak-anak. Sebagai hari libur sekuler, Halloween dikaitkan dengan sejumlah aktivitas. Salah satunya adalah praktik melakukan lelucon yang biasanya tidak berbahaya.

Salah satu perayaan Halloween di Indonesia yang digelar Taman Safari Indonesia di Cisarua, Bogor, Jabar. (Dok. Taman Safari Indonesia)

Orang-orang mengenakan topeng dan kostum saat pesta dan trick-or-treat, yang diperkirakan berasal dari praktik di Inggris yang mengizinkan orang miskin mengemis makanan, yang disebut “kue jiwa”.

Sejak pertengahan abad ke-20, United Nationf Children’s Fund (UNICEF) berupaya menjadikan pengumpulan uang untuk program-programnya sebagai bagian dari perayaan Halloween.