PDIP Merasa Ditinggal Jokowi, Ganjar: Banteng Ketaton Langsung Bergerak!

JAKARTA - Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mengatakan PDI Perjuangan (PDIP) tak akan larut dalam kesedihan meskipun ditinggal oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya. Kata dia, mereka akan segera bergerak karena hal semacam ini bukan kali pertama dialami partainya.

Hal ini disampaikan Ganjar menanggapi pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengatakan partainya bersedih karena ditinggal Presiden Jokowi akibat tak mau memuluskan permintaan yang melanggar konstitusi.

"Kesedihan itu pasti ada tapi kami enggak akan cengeng. Banteng enggak cengeng, banteng ketaton itu langsung bergerak," kata Ganjar kepada wartawan di Jakarta yang dikutip Senin, 30 Oktober.

Dia mengatakan partainya tak akan romantisme kesedihan. Ia bahkan mengajak semua pihak mengenang peristiwa 27 Juli 1996 atau Kudatuli.

Sebagai informasi, peristiwa bermula saat kantor PDIP yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri diambil paksa oleh massa pendukung Soerjadi yang merupakan Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan bersama aparat kepolisian dan TNI. Kejadian ini menimbulkan korban jiwa dan belum selesai diusut.

"Kita harus berjuang. PDIP waktu PDI dihajar habis-habisan, di kantor itu (Kantor DPP PDIP, red) bahkan ada yang mati, jangan lupa dengan Kudatuli loh ya, dan kita coba fight terus. Kita enggak cengeng dengan segala apa yang terjadi," tegasnya.

Lagipula, Ganjar menilai keputusan yang diambil Presiden Jokowi bersama keluarganya adalah pilihan politik yang harus dihormati. Termasuk, majunya Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto di Pilpres 2024.

"Sampai detik ini, saat ini, saya menghormati Pak Jokowi, menghormati Mas Gibran sebagai suatu pilihan-pilihan politik," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Hasto menyebut PDIP berduka karena ditinggal keluarga Jokowi. Padahal sudah banyak privilese yang diberikan partai berlambang banteng tersebut.

"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan Konstitusi," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya.

"Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi," sambung Hasto.

Hasto berharap demokrasi yang gelap ini bisa berlalu. Apalagi, anggota dan kader partai berlambang banteng ini sejak awal selalu mengawal Presiden Jokowi tanpa lelah dari mulai pemilihan kepala daerah (pilkada) hingga pemilihan presiden (pilpres).

Tapi belakangan mereka harus melihat pembangkangan konstitusi dan rekayasa hukum di Mahkamah Konstitusi (MK) untuk mencalonkan Gibran. "Dan rakyat sudah paham, siapa meninggalkan siapa demi ambisi kekuasaan itu," pungkasnya.